Departemen Arsitektur Fakultas Teknik USU memperingati Dwi Dasawarsa Departemen Arsitektur USU di Hotel Tiara, Kamis (17/11). Dalam peringatan tersebut Dept. Arsitektur mengadakan Seminar "INTERNATIONAL CONFERENCE FRIENDLY CITY 3 Kuala Namu Airport and Regional Development: Creating Urban Architecture for a Better Life sekaligus pameran. Kegiatan dibuka oleh Deputi Menko Perekonomian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Bappenas Ir. Max Hasudungan Pohan, CES MA yang mewakili Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Ir. Hatta Rajasa. Turut hadir pada acara tersebut Rektor USU Prof. Syahril Pasaribu, Prof. Nawawi Lubis, Ir. Nurlisa Ginting, MSc, Ir. Rudolf Sitorus, Kadis Pendidikan Provinsi Sumut Saiful Safri, MM mewakili Gubernur Sumut dan para undangan lainnya.

 

Deputi Menko Max Hasudungan dalam sambutannya menyatakan untuk memacu percepatan penyelesaian Bandara Kuala Namu menjadi tanggungjawab seluruh instansi terkait. Pembangunan Bandar Udara Kuala Namu akan berdampak sangat besar bagi pembangunan Kota Medan dan Sumut. Bahkan dengan beroperasinya Bandara Kuala Namu akhir 2012, di Sumut telah ditetapkan Sei Mangke sebagai bagian dari Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). “Jadi keberadaan Kuala Namu akan sangat besar manfaatnya bagi perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera Utara, baik di wilayah Timur maupun Barat. Bandara ini akan menjadi pintu gerbang utama perekonomian Sumut ke depan", tambah Deputi. Ditambahkan, pemerintah telah meluncurkan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang diharapkan bisa mengundang investasi senilai Rp 4.000 triliun. Peluncuran MP3EI ditandai dengan dimulainya proyek-proyek groundbreaking yang pencanangannya akan dipusatkan di empat lokasi, yaitu Sei Mangke Sumatera Utara, Cilegon, Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Timika Papua dengan pembangunan 17 proyek besar. “Ini dilakukan secara bertahap, sedangkan menanggapi konektivitas Kawasan Sei Mangke ke Bandara Kuala Namu harus ada akses khusus. Bukan berarti produk nantinya harus melalaui air cargo. Sebab di lokasi ini direncanakan akan dibangun proyek pembangunan Kawasan Industri Kelapa Sawit Sei Mangke yang akan dilaksanakan oleh PT Perkebunan Negara III (PTPN III). Dengan nilai investasi Rp 2,5 triliun dimulai tahun ini dan diperkirakan selesai pada 2014,” paparnya. Ia berharap melalui seminar yang dilaksanakan Arsitektur USU, bagaimana praktisi, dunia usaha dan sektor terkait harus bekerjasama dengan akademisi. Memandang akademisi sebagai gagasan yang fresh dan bisa menjadi suatu gagasan yang membangun serta menjadi gagasan dan masukan bagi pemerintah.

 

Rektor USU Prof. Syahrul Pasaribu dalam sambutannya juga berharap seminar tersebut bisa menghasilkan gagasan-gagasan bermutu. Terutama untuk tata ruang kota Medan dan sekitarnya. Termasuk dalam penyelesaian Bandara udara Kuala Namu yang direncanakan selesai akhir tahun 2012. “Bandara bertaraf internasional tersebut, hendaknya bisa selesai dengan harapan seluruh masyarakat Sumut bisa meningkat taraf perekonomiannya,” ujar Rektor.

 

Pada kesempatan lain, Gubernur Sumatera Utara didampingi Ketua Panitia Perayaan Dwi Dasawarsa Departemen Arsitektur USU Ir. Nurlisa Ginting, MSi yang menghadiri pameran dalam rangka memperingati Dwi Dasawarsa Departemen Arsitektur USU menyebutkan, Pemerintah Provinsi Sumut terus melakukan penekanan kepada pusat agar Bandar Udara Kualanamu yang bertaraf internasional segera rampung. Berbagai upaya pun dilakukan hingga bandara yang terletak di Kabupaten Deli Serdang itu dipastikan siap digunakan akhir tahun 2012. Namun, penyelesaian bandara yang memilikiluas sekitar 1.365 hektar ini tidak dijamin akan selesai bersamaan dengan sarana pendukung, seperti jalan tol Medan-Kuala Namu. "Kalau penyelesaian jalan tol belum bisa kita pastikan, namun bandara dan jalan arteri (non tol) dipastikan bisa selesai. Menurut Gubenur, pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol Medan-kualanamu dalam proses penandatanganan kontrak, sementara Kualanamu-Tebing Tinggi belum bisa ditender karena belum 100 persen pembebasan lahan. "Insya Allah saat ini persentasenya sudah mencapai 67 persen, kita harapkan akan lebih cepat lagi karena kondisi bandara terbesar dan tercanggih ini tetap menjadi harapan Sumut. Sebab, dengan beroperasinya bandara tersebut akan berdampak besar bagi kehidupan serta pertumbuhan ekonomi di Sumut, "tambahnya.

 

Ir. Samsul Bahri, MT, Dosen Arsitektur Fakultas Teknik USU dalam sebuah sesi diskusi menyebutkan bahwa penyelesaian Bandara Kuala Namu bukan hal kecil yang bisa dikesampingkan. Karena menurutnya, peran Bandara Kuala Namu akan sangat berpengaruh besar bagi kehidupan masyarakat Sumut. Terutama Kota Medan, dengan jarak sekitar 20 kilometer merupakan jarak ideal. Jangkauan ke depan bukan saja bandara ini merupakan bandara besar. Melainkan konsep yang masih kecil dengan luasan yang dimiliki. "Dengan harapan, dunia barat tidak akan lagi melewatkan Sumatera, sebab di Sumut khususnya sudah tersedia semuanya," katanya sembari menambahkan jika pendatang dari luar negeri ingin berselancar, mereka akan bisa memperolehnya di Sumut seperti di Nias. Potensi ini, harus menjadi perhatian pemerintah daerah di Sumut. Sebab, kata Samsul turis dari barat akan merasa tiba di Indonesia setelah berada di Kuala Namu yaitu Sumut. Bukan lagi harus ke Bali baru sampai di Indonesia. "Maka, saat terjadi arus puncak penumpang, luas bandara ini belum tentu bisa menjamin menampung seluruh arus puncak kedatangan," katanya. Persiapan dan disain yang lebih matang akan sangat dibutuhkan untuk masalah yang jauh dari perhatian tersebut. Tidak cukup hanya dengan satu stasiun kumpul, Pemko Medan harus memberikan perhatian serius terhadap masalah ketersediaan stasiun di Medan. (vie)

PetaIkonikUSU