Pijar/USER, Medan.Perhelatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2017 bertempat di Universitas Sumatera Utara (USU) menjadi ajang pemberian apresiasi bagi para akademisi berprestasi. Berbicara mengenai kontribusi penyelenggara karya ilmiah terbaik di tahun ini, The 1st International Conference on Computing Applied Informatics (ICCAI) yang dinaungi oleh Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi sukses menyabet penghargaan Pelaksanaan Konferensi Internasional Terbaik I. Menyisihkan konferensi internasional serupa yang diadakan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (The 1st Public Health International Conference) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (The 1st InternationalConference on Social and Political Development) pada tahun 2016.

 

Penghargaan yang pertama kali diadakan ini adalah nilai kebanggaan sekaligus untuk memotivasi konferensi-konferensi internasional selanjutnya. Penyelenggara ICCAI berhasil mendapatkan hadiah yaitu berupa piagam penghargaan serta uang tunai total sebesar Rp 10.000.000,- dengan rincian Rp 5.000.000 dari USU dan Rp 5.000.000 didapat dari kerjasama dengan Tanoto Foundation.

 

Menurut penuturan Wakil Rektor III USU, yang membidangi Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama Drs. Mahyuddin K. M. Nasution, M.I.T., Ph.D mengonfirmasi Scopus telah diakui oleh kementerian. “Proses ICCAI sendiri adalah dengan langsung menerima dalam bentuk full paper. Jaditidak ada melalui tahapan abstrak. Registrasi yang masuk lebih dari 200, namun ditolak lebih dari setengahnya. Sehingga yang dipublikasikan total 98 sebab dianggap layak dan benar-benar diseleksi dan dipilih karena mengedepankan syarat kualitas,” tuturnya.

 ICCAI

Adapun tujuan konferensi untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah yang berindeks Scopus. Harus diakui jumlah paper penghasil dari USU masih rendah dibandingkan PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) lainnya, salah satu cara agar menjaga mutu adalah dengan menerbitkannya. Dalam konferensi ini, institusi yang terlibat adalah USU bertindak sebagai penyelenggara, IOP sebagai penerbit dan Scopus sebagai pengindeks. Lebih lanjut dijelaskan, subsidi Rp. 50.000.000,- diberikan sebagai bantuan dana awal oleh USU untuk setiap konferensi internasional. “Tata cara mengadakan konferensi internasional harus berpedoman dan berkoridor dengan aturan kementerian. Patuhi regulasi yang berlaku, selektif dalam menerima paperdan bersikap konsisten menolak paper yang tidak lengkap, jangan hanya semata mengejar uang registrasi. Karena hal ini berimbas pada citra Perguruan Tinggi juga. Transparansi dalam laporan kegiatan dan keuangan itu penting,”tambahnya.

 

Diaminkan oleh Romi Fadilah Rahmat, B.Comp, Sc., M.Sc. yang dipercaya selaku Technical Chair dalam konferensi ini mengatakan “yang menjadi pembeda utama adalah ICCAI sebagai satu-satunya terindeks oleh Scopus, sedangkan ICOSOP dan PHICO masih terindeks oleh Thomson Reuter,” ujar Romi. Sebagai informasi, Scopus merupakan suatu pangkalan data pustaka terbesar di dunia yang mencakup puluhan juta literatur ilmiah yang terbit sejak puluhan tahun yang lalu sampai saat ini.

 

Untuk mendongkrak jumlah publikasi ilmiah ini diinisiasi oleh Wakil Rektor III USU. Saat ditanya mengenai prosesnya, alumnus Universiti Sains Malaysia ini mengungkapkan“Segera selesai diselenggarakan, segala paper yang sudah di presentasikan, kemudian dikumpul dan setelah dianggap layak baru kemudian di submit ke publisherInstitute of Physics (IOP Publishing) yang bermarkas di Bristol, Britania Raya,” jelasnya.

 

Persiapan konferensi yang terbilang singkat yaitu hanya memakan waktu tiga bulan tak lantas menyurutkan semangat untuk tetap mengusahakan tenaga maksimal. Hal ini terbukti dengan kerjasama kolaborasi antara mahasiswa dan dosen dalam rangka menyukseskan konferensi internasional ini. Jepang, Malaysia, Arab Saudi adalah tiga dari delapan negara yang berpartisipasi. “Ya, kami bekerjasama dengan IOP dan siap dipublikasikan di Scopusyang menjadi daya tariktentulah berdampak pada ranking universitas yang dikeluarkan oleh Dikti, untuk menunjang penilaian universitas. Salah satunya adalah penilaian artikel yang terindeks oleh Scopus,” ungkap Romi.

 

Konferensi ini ditutup dengan penghargaan Best Paper dan Best Presentation di malam akhir kegiatan dan di akhir acara ada City Tour di sekitaranKota Medan. “Kita sebenarnya memiliki potensi untuk menulis, namun mempublikasikan adalah cerita lain. Oleh karena itu,kegiatan seperti inisangat bermanfaat untuk peneliti, akreditasi program studi, fakultas dan universitas. Saran saya untuk kesuksesan konferensi selevel internasional adalah dengan memiliki perencanaan yang matang, kebijakan yang mendukung dari fakultas, perluas jaringan (menjalin relasi), fase bertahap yang teroganisir, pastikan reviewer yang berkompetendan pastikan paper yang di submit bebas dari plagiat,” tutupnya.(Dinda Nazlia Nasution /Pijar)

PetaIkonikUSU