Pijar/USER, Medan. Jumat (23/09) Lembaga Studi Informasi Strategi Indonesia (LSISI) dan Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) menyelenggarakan seminar pers. Adapun tema dari acara yang terselenggara di Gedung Serbaguna T.Amin Ridwan FIB USU tersebut ialah “Peranan Pers dan Generasi Muda dalam Menjaga Kedaulatan dan Eksistensi (NKRI)”. Seminar diadakan sebagai upaya untuk menanggapi masalah mengenai pers dan nasionalisme yang memang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Peranan Pers dalam penyebarluasan gagasan nasionalisme dan kedaulatan Indonesia sangat besar. Pers juga diumpamakan sebagai corong untuk mengontrol demokrasi.

 

fib2


“Sebenarnya tanpa disadari kita telah menjadi penyebar dari hoax atau ujaran kebencian. Untuk menyadarkan dan mengajak masyarakat khususnya mahasiswa dalam menyikapi perkembangan pers seperti saat ini agar memiliki kedulatan salah satunya ialah dengan penyadaran yang dilakukan dalam seminar ini,” ucap Dra. Nina Karina. MSP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah FIB USU sekaligus ketua panitia seminar tersebut.


Media pers banyak digunakan sebagai alat perlawanan terhadap rezim penguasa. Keberadaan pers membantu mahasiswa memiliki sarana untuk menyalurkan ide atau gagasan dan propaganda kepada masyarakat luas. Kebebasan pers di kota Medan sendiri merupakan salah satu cara mengkomunikasikan penyebarluasan gagasan, cita-cita dan program yang dimiliki setiap pribadi.


Peranan pers diumpamakan sebagai pembawa gagasan dan ide nasionalisme, untuk menemukan momentumnya sebagai corong di tengah gurun dalam perkembangan nasionalisme. Selain itu, gerakan pers juga dapat dijadikan saluran untuk menyebarluaskan kejadian atau peristiwa yang dinilai dapat menjadi masalah nasional khususnya generasi muda saat ini.

 

fib1


Generasi muda kurang memaknai NKRI, hidup di tengah zaman yang makin ter-globalisasi atau global village mengakibatkan bersatunya pengetahuan yang tersebar luas. Hal tersebut membuat generasi muda saat ini kurang memahami arti dari NKRI itu sendiri.


Mengenai perbedaan yang ada hendaknya ditanggapi secara positif, karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda. “Kalian boleh tidak suka dengan pemerintahnya tetapi tidak boleh benci negaranya, karena negara dan pemerintah itu berbeda. Negara itu tetap, namun pemerintah itu silih berganti,” ungkap Drs. Edi Sumarno, M.Hum selaku Ketua Prodi Ilmu Sejarah FIB USU. (Eprince Tamba)

PetaIkonikUSU