MEDAN – HUMAS USU : Mahasiswa harus disiapkan untuk menghasilkan inovasi sejak awal. Karena tanpa melakukan inovasi, alumni dari sebuah perguruan tinggi tidak akan laku, terlebih dalam kaitan berlangsungnya Era Revolusi Industri 4.0.

DSC 9490 640x427Hal tersebut dikemukakan oleh Wakil Rektor III Universitas Sumatera Utara (USU) yang membidangi Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama, Drs Mahyuddin K M Nasution, MIT, Ph.D, di hadapan sejumlah mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di lingkungan USU, Rabu (6/2). Kegiatan yang bertajuk Identifying and Mapping Social Problems dalam program Inspire WP 2,5 Student Workshop USU itu berlangsung hingga tanggal 8 Februari 2018, di Ruang IMT-GT, Gedung Biro Pusat Administrasi USU lantai 2, Medan.

kolase3 640x433Hadir dalam kesempatan itu Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Dr Esther Nababan, M Sc, para narasumber yang antara lain mantan Warek III USU, Drs Bongsu Hutagalung, M Si, Kepala CIKAL USU, Ir Lilik Sukeksi, M Sc, Ph D, Sekretaris KUI Dr Ing Pramio G Sembiring, Staf Ahli Rektor Dr Emerson P Sinulingga, Dr Rulianda P Wibowo, Dr Ir Nelson M Siahaan, Dipl TP, M Arch, Drs Agus Salim Harahap, M Si, Yasmin Chairunnisa Muchtar, SP, MBA, dll.

DSC 9494 640x427Lebih lanjut Wakil Rektor III USU menegaskan bahwa inovasi bukan semata urusan dosen saja. Drs Mahyuddin menunjuk banyaknya local wisdom yang di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, yang bisa dijadikan sebagai obyek penelitian. Juga bisa dilakukan inovasi terhadap berbagai jejak sejarah dan budaya yang ada di masyarakat Sumatera Utara. Terlebih di kalangan masyarakat Batak yang terkenal sebagai salah satu etnis yang memiliki tingkat kebudayaan tinggi sejak zaman dahulu.


“Inovasi yang dianjurkan untuk kita saat ini dalam menghadapi persaingan di kancah internasional adalah dari sisi local wisdom. Karena kalau untuk menyaingi bidang teknologi, kita tentu tak bisa mengejar kemajuan beberapa negara yang memiliki tingkat teknologi lebih tinggi. Penguatan local wisdom diperlukan dan perlindungan terhadap temuan baru yang berasal darinya juga harus dilindungi, sehingga tidak terjadi klaim dari pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan,” kata Warek III USU.

kolase2 640x434Materi yang disampaikan pada hari pertama workshop antara lain Introducing To Social Entrepreneurship, Identifying Social PRoblem, Resources Know How Partners, Core Activities of The Social Enterprise, Outputs and Value Proposition dan Intended Social Impact. Drs Raja Bongsu Hutagalung, M Si, yang tampil dalam sesi pertama menegaskan bahwa seorang wirausahawan itu harus peka terhadap lingkungannya. Selalu melihat hal-hal yang berguna dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.

kolase1 640x432Ia mengutip Gregory Dees untuk membedakan entrepreur dengan kewirausahaan sosial, yang menyatakan bahwa kewirausahaan sosial merupakan kombinasi dari semangat besar dan misi sosial dengan disiplin, inovasi dan keteguhan seperti yang ada dalam dunia bisnis. Kewirausahaan sosial meliputi aktivitas yang tidak bertujuan mencari laba melainkan untuk tujuan sosial atau kombinasi antara keduanya. Kewirausahaan sosial adalah mengembangkan modal sosial (kejujuran dan jaringan silaturahmi) yang ada dalam masyarakat.

DSC 9504 640x427Sebelumnya, Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Dr Esther Nababan, M Sc, menyatakan bahwa pada tanggal 22 Februari mendatang akan diadakan pelatihan untuk menjadi entrepreneur dengan keynote speaker yang berasal dari the University of Alicante, Spanyol. Target pelatihan adalah melahirkan semakin banyak usahawan-usahawan muda dari kalangan mahasiswa yang ada di Universitas Sumatera Utara. (Humas)

PetaIkonikUSU