MEDAN – HUMAS USU : Gubernur Sumatera Utara Edi Rahmayadi mengapresiasi berbagai kegiatan yang mengangkat unsur kemajemukan bangsa dan budaya di negeri ini dalam berbagai bentuk, sebagai upaya untuk memupuk sikap kebersamaan, harmonisasi dan toleransi. Termasuk di dalamnya festival budaya dari luar Indonesia, khususnya yang memiliki kaitan historis dengan negeri ini. Demikian disampaikan Gubsu melalui Drs. Unggul Sitanggang, M.Si, Kepala Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, dalam sambutannya pada Pembukaan Festival Budaya Jepang (Bunkasai) USU 2019 yang digelar oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Jum’at (26/4).

Bunkasai eTiga hal tersebut, lanjut Gubsu, merupakan sabuk pengaman yang paling ampuh untuk meminimalisir potensi konflik di Indonesia. Menurutnya, harmonisasi yang ada di Sumatera Utara bukan bersifat semu atau inklusivisme, melainkan harmonisasi yang dinamis dan siap berinteraksi positif dengan siapapun.

Bunkasai jFestival berlangsung dari tanggal 26 hingga 27 April 2019, bertempat di halaman depan Fakultas Ilmu Budaya USU, Jalan Universitas Kampus USU Medan. Acara dibuka  oleh Wakil Rektor IV USU Prof Dr Ir Bustami Syam, MSME, dan dihadiri antara lain oleh Konjen Jepang di Medan Takeshi Ishii, Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Medan Drs H Parulian Pasaribu, M Si, Dekan FIB USU Dr Drs Budi Agustono, M.S, para Wakil Dekan FIB USU dan jajaran dosen serta para pelajar dan masyarakat umum penggemar budaya Jepang.

Bunkasai gDalam sambutannya, Wakil Rektor IV USU Prof Dr Ir Bustami Syam, MSME, selain memberikan apresiasi atas pelaksanaan Bunkasai 2019, ia juga mengajak seluruh hadirin untuk berpikir dan merenung tentang apa yang telah diperbuat untuk bumi. Menurut Prof Bustami, dikaitkan dengan cinta dan harapan yang menjadi tema dari pelaksanaan Bunkasai kali ini, manusia merupakan tamu di bumi. Maka, sudah selayaknya manusia menjadi tamu yang baik dengan melakukan banyak hal bermanfaat bagi bumi. Menghemat energy, meminimalkan sampah, berinteraksi dengan baik terhadap seluruh komponen di dalam dan luar kampus, serta banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk membuat bumi menjadi lebih baik dan lebih nyaman bagi kehidupan selanjutnya.

Bunkasai mSubstansi penting dari keberadaan manusia di bumi dalam kebudayaan Jepang adalah keberadaan Bunka dan Bunmei. Bunka adalah culture atau kebudayaan. Sementara Bunmei adalah peradaban. Keduanya bagi masyarakat Jepang merupakan dua unsur yang tak terpisahkan dan saling mempengaruhi.

Bunkasai oPembukaan Bunkasai 2019 ditandai dengan pengguntingan pita dan pelepasan balon beraneka warna ke udara. Juga pelepasan parade Omikoshi (神 舆 atau 御 舆), yakni tandu suci (kuil Shinto portabel/bisa dipindah-pindah). Pengikut Shinto di Jepang percaya bahwa, Omikoshi berfungsi sebagai kendaraan untuk mengangkut dewa saat bergerak antara kuil utama dan kuil sementara selama festival atau ketika pindah ke kuil baru. Parade Omikoshi disambut meriah oleh para pengunjung Bunkasai 2019 maupun orang-orang yang kebetulan melintas di lokasi kegiatan. Begitupula bazaar yang menghadirkan aneka makanan dan minuman tradisional khas masyarakat Jepang.

Bunkasai kBunkasai USU tahun ini merupakan gelaran ke-11 kalinya, yang mengangkat tema "恋と希望" yang artinya Cinta dan Harapan, dengan sub tema "Cinta dan Harapan untuk Indonesia di Masa Depan". Dalam acara ini, dihadirkan beraneka macam lomba dan acara lain yang berkaitan dengan kebudayaan Jepang. Antara lain ; bunkasai cafe, foto yukata, obake yashiki, bazaar, mochitsuki, pemutaran film Jepang, parade Omikoshi, bon odori, cosplay, chanoyu, workshop origami, seminar kejepangan, freestage, festival kembang api, pelepasan lampion, dan lain-lain. Selain itu, tahun ini juga hadir guest star  Shojo Complex. (Humas)

PetaIkonikUSU