MEDAN – HUMAS USU : Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera Utara sesungguhnya telah layak untuk mendapatkan kenaikan status menjadi Rumah Sakit Tipe B. Akan tetapi, RSP USU memilih untuk tetap mempertahankan statusnya sebagai Rumah Sakit Tipe C agar seluruh kasus penanganan penyakit bisa masuk ke RS USU. Dengan demikian, maka para sarjana dan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mendapatkan kesempatan untuk mempelajari berbagai jenis penyakit yang diderita masyarakat, termasuk yang berkenaan dengan bedah toraks kardiak dan vaskular.

PIT 5Hal tersebut disampaikan Wakil Rektor II USU Prof Dr dr Muhammad Fidel Ganis Siregar, M Ked (OG), Sp OG (K), dalam sambutannya mewakili Rektor USU, sekaligus membuka Pertemuan Ilmiah Tahunan XI Himpunan Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular Indonesia (PIT HBTKVI). Seluruh rangkaian kegiatan dipusatkan di Hotel Santika Premiere Dyandra Medan, Rabu (31/8/2019). Turut hadir dalam kesempatan itu, ahli bedah paru dari Spanyol Diego Gonzales Rivas, MD, FECTS, Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Dr dr Syah Mirsya Warli, Sp U, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) USU Dr dr Aldy Safruddin Rambe, Sp S (K).

PIT 8Melalui Warek II, Rektor juga mengharapkan agar pertemuan para ahli bedah toraks kardiak dan vascular yang berlangsung dari tanggal 30 Juli hingga 2 Agustus 2019 itu dapat menghasilkan hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Serta menghasilkan berbagai ide, inovasi atau temuan baru yang berguna bagi perkembangan ilmu kedokteran, khususnya yang berkaitan dengan bedah toraks kardiak dan vaskular di Indonesia.

PIT 3Seminar diikuti 250 peserta yang terdiri dari dokter umum, dokter calon spesialis, dokter spesialis dan seluruh tenaga medis yang bekerja di bidang bedah toraks dan kardiak dan vaskular. PIT 2019 mengusung tema “Enhancing Skills and Knowledge of Cardiac Thoracic And Vascular Surgery atau Meningkatkan Keterampilan dan Pengetahuan tentang Bedah Jantung dan Pembuluh Darah.”

PIT 2Sementara Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular Indonesia (HBTKVI), Prof Dr Paul Tahalele Sp BTKV-E (K) menyebutkan, jumlah dokter spesialis BTKV di Indonesia saat ini hanya berjumlah 150 orang. Dari jumlah tersebut, 70 persennya berada di Jakarta.

 

"Jumlah itu masih kurang dibanding dengan jumlah masyarakat. Mayoritas anggota kita itu di Jakarta, ada sekitar 70 persen. Di daerah-daerah masih kurang, di Medan saja baru 5 orang," kata Prof Paul di sela pertemuan.

PIT 4Ia mengakui, akibat minimnya jumlah dokter spesialis BTKV maka antrian pasien untuk operasi bedah jantung di rumah sakit cukup panjang.

PIT 7"Antrian banyak. Harusnya dari Kemenkes membuat kebijakan - kebijakan untuk mengatasi problem kesehatan di Indonesia, karena itu dari situ turunnya. Kita hanya pelaksana di lapangan. Kita juga menjaga agar rakyat kita itu aman dari kecelakaan, cedera pasiennya selamat dan kita melaksanakan sesuai profesi kita," pungkasnya didampingi Sekretaris HBTKV Indonesia dr Prasetyo Edi Sp BTKV-E.

PIT 9Begitu pun, lanjutnya, pihaknya sudah mendirikan 16 center pusat bedah jantung dan pembuluh darah. Di antaranya, Aceh, Sumut, Padang, Riau, Palembang, Jakarta ada banyak rumah sakit, tapi pusatnya di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Jantung Harapan Kita, kemudian Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Kalimantan, Samarinda, Makassar, Bali, Manado, Surabaya.

PIT 6"Sudah ada 16 center yang kami dirikan dan masih akan ada 3 center lagi, yakni Malang, Batam dan Banjarmasin. Jadi totalnya ada 19 center nanti," ungkapnya.

PIT 1Dia juga berpesan, jika masyarakat mengalami keluhan jantung seperti nyeri dada maka diperiksa kepada dokter jantung. "Jadi kalau nyeri dada jangan hanya dikerok dan minum jamu saja, tapi periksa dokter terutama dokter jantung. Kalau dokter mendiagnosis perlu operasi maka akan diberikan kepada kita. Jadi yang perlu rantai kerjasama itu," tambahnya.

PIT 10Dalam kesempatan itu, Ketua Panitia PIT 2019 HBTKVI dr. Doddy Prabisma, Sp. BTKV mengatakan, PIT 2019 HBTKVI bertujuan untuk meningkatkan khazanah keilmuan dan pelayanan di bidang profesi kedokteran terutama bedah paru-paru, jantung dan pembuluh darah. "Jika keilmuan kita meningkat, maka otomatis layanan kesehatan yang kita berikan ke masyarakat jadi lebih maksimal. Inilah tujuan diselenggarakannya PIT ini," katanya. (Humas)

 

PetaIkonikUSU