MEDAN – HUMAS USU : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara menggelar The 2nd Economics And Business International Conference (EBIC) 2019, yang berlangsung di Grand Aston City Hall Medan, Kamis (24/10/2019). EBIC 2019 dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Sumatera Utara Prof Dr Runtung Sitepu, SH.M. Hum. Turut hadir Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya serta para dosen peserta konferensi dari berbagai kota di Indonesia.

EBIC eEmpat orang keynote speaker yang tampil dalam forum tersebut mewakili 4 negara yaitu Prof Dr Christine Helliar dari University of South Australia, Prof Dr Zuraidah Mohd Sanusi dari UITM Shah Alam dari Malaysia, Asst Prof Dr Kanitsorn Terdpaopong dari Rangsit Universit Thailand, Ferdinan D Purba, Executive Director of Finance Deposit Insurance Corporationia Indonesia.

EBIC dRektor Universitas Sumatera Utara melalui sambutannya berterima kasih dan memberikan apresiasi atas seluruh upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh Tim Panitia Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU sebagai tuan rumah dari penyelenggaraan konferensi ini, yang memastikan acara berjalan lancar hingga akhir dan mencapai tujuan yang diharapkan. Forum The 2nd Economics and Business International Conference 2019 merupakan forum yang mempertemukan para ahli dan praktisi ekonomi dari berbagai negara, yang akan membahas berbagai permasalahan terkait kondisi ekonomi dunia yang semakin memburuk.

EBIC hDitambahkannya, bahwa Badan Dana Moneter Internasional ( IMF) telah menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia berada pada laju terburuk sejak krisis keuangan global. Banyak negara, tidak terkecuali negara maju seperti Amerika Serikat, tak luput dari imbasnya. Melemahnya aktivitas perdagangan dan manufaktur dunia, perang dagang dan sejumlah risiko geopolitik, serta kondisi beberapa negara berkembang besar yang harus menghadapi tekanan pasar keuangan, berperan semakin menekan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Akibatnya ekonomi global berada pada posisi stagnan bahkan cenderung merosot untuk beberapa negara tertentu. Bahkan, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju melambat dari 2,3 persen pada 2018 menjadi cuma 1,7 persen pada tahun ini.

EBIC iDengan kondisi ekonomi dunia yang demikian, maka para ahli dan praktisi ekonomi harus duduk bersama, saling bertukar informasi dan berdiskusi untuk mencari pemecahan dan jalan keluar yang bisa direkomendasikan bagi menggeliatnya kembali denyut perekonomian dunia. Hal itulah yang menjadi salah satu tujuan dari digelarnya konferensi pada hari ini.

EBIC cPertemuan ini juga akan menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan koneksi dan jaringan di antara para ahli dan praktisi ekonomi dari berbagai negara, sehingga mampu terus terhubung demi mendapatkan dan menggali informasi  yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Juga bersinergi dalam merumuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan berbagai persoalan ekonomi yang terjadi.

EBIC jEBIC 2019 diikuti oleh peserta dari 12 negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Australia, Thailand, Philippines, Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Oman, Polandia, Afrika Seltan dan Qatar. 98 partisipan akan mempresentasikan tulisannya pada kegiatan ini. Dalam sambutannya, Ketua Panitia Kegiatan EBIC 2019, Rina Bukit, SE, Ak., MSi, DBA menyampaikan bahwa EBIC pertama kali diadakan pada tahun 2017 yang berfokus pada tantangan global dalam Ekonomi dan Bisnis. Konferensi yang kedua ini, khususnya, bertujuan untuk mendorong interaksi antara peneliti, akademisi, dan profesional untuk menghadapi tantangan hari ini dan bersama - sama untuk menghadapi tantangan ekonomi masa depan di era Industri Revolusi 4.0. Konferensi ini diharapkan akan menjadi referensi yang bagus untuk para peneliti di seluruh dunia dan berkontribusi untuk memperluas literatur saat ini. (Humas)

PetaIkonikUSU