MEDAN – HUMAS USU : Hadir sebagai pembicara kedua dalam ajang USUtalk 2019, dosen Fakultas Kedokteran USU yang juga pemerhati lingkungan hidup, dr Tengku Kemala Intan, M PD, M Biomed, mengusung materi berjudul “Perubahan Iklim dan Aku”. Pada kegiatan yang direncanakan akan berlaku rutin dwi bulanan dan tayang pada channel youtube sirenbang tv dan usu media itu, dr Tengku Kemala Intan mengajak seluruh hadirin dan pemirsa, untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam menyelamatkan lingkungan dan satwa.

Kemala aIa menekankan bahwa masalah perubahan iklim merupakan hal yang sangat penting dan berdampak langsung pada keberlangsungan makhluk hidup dan dunia. Seluruh kegiatan yang dilakukan manusia harus mendukung program sustainable sebagaimana yang telah dicanangkan melalui sustainable development goals yang berlaku sejak 2016. Sustainable Development Goals atau yang disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi.

Kemala bDr Kemala Intan mengajak seluruh elemen dan komponen negeri ini untuk bergerak bersama, dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang peduli lingkungan. Salah satunya adalah dengan memerhatikan kebersihan lingkungan dan mengurangi produksi sampah.

Kemala dKota Medan, lanjutnya, diperkirakan memproduksi sampah 2500-3000/hari. Di mana sampah yang tidak terangkat dan dari pembuangan liar sebanyak 1000-500 ton/hari.

 

“Ayo kita me-reduce atau mengelola kotoran kita sendiri. Bukan hanya mengandalkan pemerintah saja. Jangan sampai kita melakukan tindakan mencederai tanah terus-menerus dengan pembuangan sampah,” ajak pengajar di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran itu.

Kemala cMenurutnya, tindakan reduce itu mudah, tapi melaksanakannya sulit. Ia mencontohkan negara Jepang yang memiliki tingkat kebersihan sangat luar biasa. Masyarakatnya sudah sangat terbiasa dalam disiplin membuang sampah dan mengelola sampah rumah tangganya dengan baik. Sementara di Indonesia, kebiasaan menyisakan sampah makanan dan membiarkannya terbuang sembarangan masih sangat biasa untuk dilihat.

 

“Kita ini adalah bagian dari bumi. Berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Sesungguhnya fermentasi terbaik itu adalah tanah. Untuk itu mari kita menjaga kualitas lingkungan dengan baik dan memerhatikan sumber-sumber air dan makanan agar tak tercemar. Semua dapat dimulai dari mengurangi bahkan membuang seluruh kebiasaan buruk yang kita lakukan sehari-hari,” kata dr T Kemala Intan, M PD, M Biomed.

Kemala ePengelolaan sampah yang tepat menurut dr Kemala Intan antara lain dapat dilakukan dengan pengurangan Short-Lived Climate Pollutants (SLCP) atau zat pencemar iklim, lingkungan bersih dan pencegahan penyakit. Untuk mengurangi SLCP, maka yang perlu dilakukan antara lain ; pemilahan pada sumber, pendaur-ulangan, pembuatan kompos, pengurangan sampah, pengumpulan dan sistem transportasi yang efisien, penerapan sanitary landfill dan penguraian anaerobic dan penggunaan gas untuk energi. (Humas)

PetaIkonikUSU