MEDAN – HUMAS USU : Saat ini telah terjadi pergeseran pandangan dalam menyikapi persoalan demografi. Dulu, penduduk yang banyak dalam suatu negara semula dianggap sebagai ancaman dan beban. Namun sekarang penduduk dipandang sebagai salah satu alat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan catatan penduduk tersebut merupakan orang-orang yang berkualitas. Maka proses rekayasa genetik pun menjadi penting.
Demikian disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dr Hasto Wardoyo, Sp OG (K), di hadapan Wakil Rektor IV USU Prof Dr Ir Bustami Syam, MSME, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Prof Dr Dra Ida Yustina, M Si, Kepala BKKBN Provinsi Sumut Drs Temazaro Zega, M Kes, sejumlah undangan dan para mahasiswa/i FKM USU, institut kesehatan serta STIKES di Kota Medan. Ia tampil sebagai narasumber kuliah umum dalam perayaan Dies Natalis ke-26 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Acara berlangsung di Adhigara Convention Raz Hotel, Senin (16/12/2019).
Dr Hasto juga menyatakan bahwa saat ini artificial intelligence yang sering didewa-dewakan dalam era revolusi industri 4.0, akan segera berakhir. Bangsa Jepang merasa bahwa revolusi industri 4.0 telah banyak mendegradasi kehidupan manusia. Dengan demikian, pada Januari 2019, Jepang meluncurkan Society 5.0, di mana manusia menjadi komponen utamanya. Muncul kemudian istilah human entrepreneurship modern, yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan. Populasi orang muda berkualitas dan produktif merupakan bonus demografi yang menguntungkan. Maka semakin tinggi tingkat demografinya, kesejahteraan suatu bangsa akan menjadi lebih baik.
“Saat ini transformasi tantangan pembangunan akan dijawab dengan apa yang disebut sebagai ‘Kencana Bangsa’ atau Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Bangsa,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Rektor IV USU Prof Dr Ir Bustami Syam, MSME, dalam sambutannya, mengucapkan selamat ulang tahun kepada FKM USU. Prof Bustami mengapresiasi berbagai pencapaian terbaik FKM yang ikut mendorong peningkatan kinerja USU secara menyeluruh. Ia juga mengisahkan perjalanan bersama Rektor ke Jepang, dalam rangka kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Antara lain meninjau tentang penataan sungai dan pelatihan untuk para guru dalam bidang tersebut.
“Kita sangat paham teori. Namun untuk melakukan penataan perkotaan dengan sejumlah permasalahannya, seperti banjir, macet dan pengelolaan sampah terpadu, belum berjalan efektif. Masih harus banyak belajar dari Jepang,” kata Prof Bustami.
Prof Bustami juga menunjuk kedisiplinan mengagumkan masyarakat Jepang, khususnya yang terlihat di Hiroshima. Mereka tak terbiasa membuang sampah sembarangan, meskipun tak ada tong sampah yang tersedia di jalanan atau tempat-tempat umum. “Orang Jepang itu terdidik dan terlatih untuk mengelola sampah pribadinya, sehingga sampah pribadi tidak harus menjadi urusan umum,” katanya.
Orang Jepang juga tidak terbiasa makan, minum dan merokok sembarangan. “Kita ini sangat jago dalam teori tentang kebersihan. Namun penerapannya sulit sekali,” tandas Prof Bustami.
Warek IV USU menekankan bahwa, untuk menjawab tantangan 17 komponen pembangunan berkelanjutan, tidak hanya ada di tangan pemerintah saja. Melainkan bahu-membahu antar komponen masyarakat.
Sebelumnya, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Prof Dr Dra Ida Yustina, M Si, menyampaikan berbagai perkembangan yang telah dicapai fakultas yang dipimpinnya selama setahun ini. Disebutkannya, FKM USU merupakan salah satu FKM Pembina di Indonesia dan menjadi Koordinator Regional Wilayah Barat dalam Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Kesehatan Masyarakat (AIPTKMI) Indonesia dan anggota Asia-Pacific Academic Consortium for Public Health (APACPH). Ia juga menyampaikan rasa terima kasih antara lain kepada BKKBN USU yang telah menjadi mitra FKM USU sejak lama dalam berbagai program. Baik yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat. (Humas)