MEDAN – HUMAS USU : Menjalankan puasa atau shaum Ramadan bagi umat muslim di tengah deraan pandemi Covid-19 tentu tidaklah mudah. Di mana saat ini sudah 213 negara terpapar Covid-19. Maka yang harus dilakukan adalah dengan penuh kesadaran meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah, sebagai wujud syukur yang tiada henti terhadap seluruh nikmat Allah SWT, dalam situasi apapun. Bentuk syukur dengan meningkatkan seluruh pengabdian kepada Allah SWT itu termasuk di antaranya, terus meningkatkan kinerjanya bila berstatus sebagai pekerja dan memberikan segala yang terbaik bagi kehidupan, apapun profesinya.

 

Demikian disampaikan Prof Dr H Muzakkir, MA (Guru Besar UINSU) yang tampil sebagai salah satu pembicara dalam program USUtalk edisi Ramadan, bertempat di Ruang Senat Akademik Biro Pusat Administrasi USU lantai 3 Medan, Selasa (28 April 2020). Program tersebut diselenggarakan oleh Biro Informasi, Perencanaan, dan Pengembangan (Sirenbang) Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan USU Media Center dan ditayangkan melalui channel youtube oleh Sirenbang TV.

 

Menurut Prof Muzakkir, kita harus bisa membuat suasana di rumah menjadi nyaman sebagai konsekuensi kebijakan di rumah saja atau stay at home, guna memutus mata rantai penularan Corona virus. Ia juga mengutip salah satu hadist yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, “Kalau kamu sedang mendengar wabah pada suatu negeri, maka janganlah kamu datang dan memasuki negeri itu. Apabila wabah itu terjadi pada suatu negeri dan kamu berada di negeri itu, maka kamu jangan keluar dari negeri tersebut. Karena akan menyebabkan penularan pada yang lain” (HR. Bukhari & Muslim).

IMG 20200429 WA0011 resize 94

“Kita harus bisa mewujudkan dan merasakan suasana di rumah terasa indah serta nyaman bagi seluruh anggota keluarga. Sebagaimana ucapan Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan frasa Baiti Jannati, rumahku surgaku. Bagaimana caranya? Tentu ada beberapa hal yang harus kita lakukan,” katanya.

 

Maka apa yang dilaksanakan melalui kebijakan pemerintah dan fatwa MUI, lanjut Prof Muzakkir, bahwa kondisi hari ini memang mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah, mengisolasi diri, dan melakukan segala yang biasa dilakukan di luar rumah menjadi di dalam rumah. Bekerja, belajar dan beribadah di rumah.

 

Bagaimana caranya agar tetap nyaman di rumah? Ulama atau tokoh agama yang menjadi salah satu rujukan masyarakat Indonesia dalam bidang tasawuf itu menegaskan, rumah yang kita diami harus mampu diwujudkan sebagai baiti jannati. Untuk memulainya, maka ada beberapa hal yang bisa dikembangkan secara nyata dalam kehidupan.

 

“Pertama, mari kita dengan penuh kesadaran menjadikan rumah kita masing-masing sebagai madrasah, pesantren dan universitas. Di situlah kita nantinya mampu mengembangkan segala dimensi kehidupan demi kemaslahatan dan kebaikan. Rumah tangga merupakan bagian terkecil dari suatu negara. Maka, bila rumah tangga terbangun dengan baik, khususnya dari sisi spiritualitas, tentu negara yang lebih besar dari rumah tangga juga akan menjadi lebih baik ke depannya,” katanya.

IMG 20200429 WA0012 resize 60

Lockdown ini, lanjut Prof Muzakkir, merupakan salah satu kesempatan berharga bagi orangtua untuk memberikan nilai-nilai moral dan pendidikan kepada anak-anaknya. Karena saat ini anak-anak juga tengah disibukkan kegiatan belajar dari rumah dengan memanfaatkan berbagai aplikasi yang didukung teknologi digital. Seperti zoom, google, whatsapp dan lain-lain.

 

“Anak-anak umumnya akan meniru keteladanan orangtua. Apa yang dilakukan orangtua akan dengan cepat mengubah karakter mereka melalui proses pendidikan, pengajaran dan keteladanan. Hal ini dikenal dengan konsep muroqobah dalam tasawuf, yaitu pengawasan lebih melekat kepada anak-anak kita, sehingga mengetahui dengan jelas apa-apa saja yang mereka lakukan,” imbuhnya.

 

Untuk mencapai baiti jannati, yang kedua menurutnya, rumah harus dijadikan sebagai masjid. “Ada protokoler keamanan yang harus kita lakukan dalam Covid-19, demi menjaga kesehatan kita semua. Apabila pada saat ini kita terbatas dalam usaha memakmurkan masjid, sesungguhnya Allah SWT itu Maha Tahu dengan apa yang terjadi. Maha Melihat dan Menyaksikan. Maka jadikanlah rumah sebagai masjid. Saatnya bagi seorang suami untuk tampil sebagai imam. Berikan keteladanan dalam rumah tangganya, di mana biasanya hanya sibuk dalam urusan dunia,” imbaunya.

 

Dengan demikian, tuturnya, akan terbangun nilai-nilai cinta dan kasih sayang (mahabbah) dan sakinah, mawaddah, warrahmah dalam keluarga. Nilai kekerabatan juga akan terbangun dengan hati nurani dan pendekatan spiritual. Rumah pun akan kembali cahayanya dan menciptakan mawaddah. Mawaddah adalah rasa rindu yang tak pernah putus antara anggota keluarga, orangtua dengan anak, suami dengan istri. Sementara sakinah merupakan ketenangan batin, yang ukurannya tidak semata-mata dengan harta.

 

“Semua bisa dibangun dalam suasana lockdown saat ini. Yang ketiga, membiasakan kembali makan berjamaah. Karena di dalam berjamaah itu banyak kebaikan yang terkandung di dalamnya. Buka puasa bersama, sahur bersama, tentunya akan membawa kedamaian dan rahmat di dalam keluarga,” kata penulis best seller buku-buku pembahasan tasawuf tersebut.

IMG 20200429 WA0013 resize 25

Selain itu, ia juga mengingatkan agar menjadikan rumah sebagai tempat bermain dan bercanda tawa. “Keluarga itu adalah mitra kita. Jika terbangun suasana gembira, hatipun akan senang dan nyaman, serta tak dilanda rasa bosan.”


Rumah juga berperan sebagai tempat pengawasan terbaik untuk anak. Mengingat, selangkah dari rumah, ada 5 kejahatan yang akan menghadang perjalanan anak-anak. Mulai dari madat, miras, maling, pergaulan bebas dan judi. Jika orangtua mampu mengantisipasi dengan baik, maka qurrata a’yun itupun akan terwujud.

 

“Banyak-banyaklah kita bermuhasabbah, mengingat dosa-dosa yang telah lalu dan kembali berada di jalan yang lurus. Kalau semua itu dapat dilaksanakan, maka baiti jannati juga dapat diwujudkan. Kuncinya hanya keikhlasan dengan mengharap ridho dari Allah SWT,” pungkas Prof Muzakkir. (Humas)

PetaIkonikUSU