MEDAN – HUMAS USU : Tampil sebagai salah seorang pembicara dalam program USUtalk edisi khusus Ramadan, Guru Besar USU Prof Dr dr Delfitri Munir, Sp THT-KL (K), memaparkan sejarah wabah besar penyakit menular yang melanda dunia sejak jaman dahulu. Disebutkannya, pada tahun 431 Sebelum Masehi sudah terjadi wabah besar penyakit pes, yang memakan banyak korban di beberapa negara di dunia. Sementara pada tahun 1918 dunia dilanda dengan penyakit flu Spanyol. Kemudian di 2002 ada epidemi SARS yang merebak di China dan 2012 di kawasan Timur Tengah terdapat epidemi MERS yang disebut juga dengan flu Arab. Dan pada saat ini kelompok Corona 3 yang disebut Covid-19 yang berawal dari Wuhan Tiongkok, berkembang sebagai pandemi.

IMG 20200429 WA0018 resize 96

“Covid-19 hanya bisa menumpang hidup pada makhluk hidup. Virus ini memiliki gen RNA, dengan bentuk bulat dengan luas penampang sekitar 100-126 mikro dan memiliki bentuk tonjolan-tonjolan mahkota di sekelilingnya, sehingga disebut Corona atau Crown dalam bahasa Inggris yang berarti mahkota. Covid-19 tidak bisa hidup di luar makhluk hidup. Gejalanya bervariasi, tergantung di mana ia mulai menginfeksi. Ada pilek, batuk, demam dan sesak napas. Bisa juga gangguan pencernaan berupa mual, serta gangguan indera penciuman,” ungkap Prof Delfitri.

 

Penularan virus Covid-19 ini melalui percikan air ludah dan udara. Penularan umumnya terjadi melalui interaksi dengan orang banyak, atau kontak dengan penderita positif Covid-19 dan menggunakan benda-benda yang sering disentuh orang banyak. Juga dari udara. Itu sebabnya cara pencegahan yang paling utama adalah dengan menggunakan masker dan rajin cuci tangan.Corona virus memiliki masa inkubasi yang cukup panjang yakni selama 14 hari. Di mana sebelumnya para penderita sama sekali tak menunjukkan gejala sakit.

 

Salah satu cara untuk meminimalisi penularan Corona Virus, ujar Prof Delfitri, jika bepergian ke tempat-tempat ramai di luar, maka setibanya di rumah agar segera membersihkan diri sebersih mungkin dan mencuci pakaian yang dikenakan, karena memiliki riwayat kemungkinan membawa virus Corona.

IMG 20200429 WA0017 resize 98

“Masyarakat juga harus jujur kepada tim medis terkait riwayat perjalanannya. Sebaiknya segera mengisolasi diri setelah berkunjung dari negara-negara yang terjangkit Covid-19. Dengan demikian kasus ini bisa tertangani dengan segera dan tidak merebak semakin besar,” katanya mengingatkan.

 

Prof Delfitri mengungkapkan, penelitian dan upaya penemuan vaksin Covid-19 sampai saat ini terus gencar dilakukan oleh para peneliti di berbagai negara. Namun waktu yang dihabiskan untuk itu bisa sangat panjang. Khususnya untuk menguji imunitas pada anak-anak muda.

 

Menurutnya, dari sisi pendekatan medis Covid-19, sebetulnya belum ada obatnya. Obat yang ada sampai saat ini hanya untuk mengurangi gejala saja. Maka hal ini menjadi salah satu tantangan besar di dalam dunia kesehatan, untuk berpacu menahan laju penularan penyakit tersebut.

IMG 20200429 WA0013 resize 76

Dalam konteks sosial budaya, Prof Delfitri mencemaskan kebiasaan berkumpul orang Indonesia yang dipandang sebagai merupakan terbesar dalam menghentikan laju penularan Covid-19. “Menganjurkan masyarakat untuk tetap diam di rumah juga tidak mudah. Maka agar betah di rumah, salah satu caranya adalah dengan menciptakan kondisi rumah senyaman mungkin bagi seluruh anggota keluarga,” ujarnya.

 

Prof Delfitri mengimbau agar seluruh masyarakat memperbanyak konsumsi makanan yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh. “Protein yang terkandung dalam makanan itu harus tinggi. Konsumsi juga vitamin, lakukan olahraga secara teratur dan beribadah dengan khusyuk merupakan cara lain yang dapat ditempuh untuk meningkatkan imunitas. Lakukan hal-hal yang menyenangkan dan kurangi stress. Boleh takut, namun jangan stress. Mari sama-sama kita berupaya dan berdoa, agar wabah Covid-19 ini cepat berakhir,” harap Guru Besar Fakultas Kedokteran USU tersebut. (Humas)

PetaIkonikUSU