MEDAN-HUMAS USU : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara menyelenggarakan kuliah umum perdana bagi 1.348 peserta baru program S2 dan S3 Tahun Akademik 2020/2021, Senin (28/9/2020). Kuliah umum secara daring tersebut dibuka oleh Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu, SH, M Hum. Narasumber yang dihadirkan adalah Ketua MPR RI, H Bambang Soesatyo, SE, MBA dan pakar ekonomi Prof Dr Jhon Hutagaol. Kuliah umum mengambil tema “Peran Mahasiswa Pascasarjana Mempersiapkan SDM Unggul dalam Membangun Masa Depan Bangsa Indonesia”.

 

Dalam sambutannya, Direktur Sekolah Pascasarjana USU Prof Dr Robert Sibarani, MS, menyampaikan bahwa 1.348 peserta baru program S2 dan S3 yang diterima pada tahun 2020 ini telah berhasil lulus dari 3 seleksi yang dilakukan oleh Sekolah Pascasarjana USU. Yakni seleksi administrasi, tes potensi akademik dan seleksi wawancara. Ditambahkannya, saat ini terdapat 64 program studi di Sekolah Pascasarjana USU yang terdiri dari 23 program studi S3 dan 41 program studi S2.

 

Rektor USU pada kesempatan tersebut berharap agar materi yang disampaikan oleh kedua narasumber dapat menambah wawasan para peserta program magister dan doktor yang hadir dalam kuliah umum. Mengingat persoalan dalam mempersiapkan SDM unggul merupakan persoalan klasik yang masih menjadi fokus utama berbagai institusi pendidikan, praktisi dan pemerhati pendidikan serta lembaga-lembaga negara yang terkait dengan peran tersebut. Di mana menciptakan SDM unggul yang akan meneruskan pembangunan dan memikul masa depan bangsa, merupakan tanggungjawab berat bagi seluruh elemen bangsa, termasuk para mahasiswa dan mahasiswi program magister dan doktor.

Rektor c“Tantangan yang semakin kompleks di era Revolusi Industri 4.0 dan kesulitan yang dihadapi selama pandemi Covid-19 mendera, tentu bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Dinamika yang demikian cepat dan nyaris tak terdeteksi tak dapat dipungkiri telah membawa efek keterkejutan dan kegagapan pada hampir segala lini. Para mahasiswa, tenaga pengajar, tenaga kependidikan, orangtua, seluruhnya dihadapkan pada beban berat yang mau tidak mau harus dipikul di tengah perlambatan ekonomi. Proses belajar dan komunikasi saat ini hampir sepenuhnya dilakukan dengan bantuan kemajuan teknologi. Kita semua dipaksa untuk beradaptasi dengan cepat, kalau tidak ingin tertinggal dan terlindas,” kata Rektor.

 

Dengan semua deskripsi tersebut, lanjutnya, maka proses membangun generasi unggul, siap pakai dan tangguh yang akan beradaptasi dengan segala kemajuan teknologi, bergulir dengan cepat. Mahasiswa pascasarjana tentu saja diharapkan menjadi yang paling terdepan dalam mewujudkan harapan-harapan terhadap kebutuhan SDM unggul ini, dengan daya pikir kritis dan kematangan intelektual yang dimilikinya.

 

“Untuk menjadi pemenang yang memiliki daya saing mumpuni dalam era Revolusi Industri 4.0 ini, tentu membutuhkan perhatian dan persiapan yang serius dari kita semua. Digitalisasi dan pesatnya informasi di ruang publik merupakan salah satu tantangan untuk menyelaraskan kemampuan yang kita miliki sesuai dengan tuntutan zaman, serta kedewasaan dan kesiapan dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar,” imbuhnya.

Robert aRektor berharap, semoga dengan digelarnya kuliah umum, para peserta bisa mendapatkan bekal dan motivasi lebih banyak untuk mengukir prestasi, berinovasi dan menyelesaikan pendidikan dengan baik, sehingga mampu memberikan kontribusi yang positif dan besar bagi kemajuan bangsa ke depan.

 

Sementara itu, Ketua MPR RI H Bambang Soesatyo, SE, MBA, dalam sambutannya antara lain mengapresiasi prestasi dan pencapaian yang telah didapatkan oleh Universitas Sumatera Utara. Ia berharap agar USU tidak cepat berpuas diri dan terus meningkatkan prestasinya di tataran global. Ia juga menyampaikan kepada para mahasiswa S2 dan S3 untuk dapat meningkatkan kemampuannya, dengan selalu mengedepankan pemikiran analitis, kritis dan problem solving. Mengingat di pundak mahasiswa S2 dan S3 sesungguhnya peran untuk melahirkan generasi unggul itu yang paling diharapkan untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara.

 

"Saat ini kita sedang dihadapkan pada era disrupsi, di mana kemajuan teknologi telah mengubah tatanan konvensional yang sebelumnya kita asumsikan sebagai sebuah 'kemapanan' dan menghadirkan tatanan baru yang mengoreksi makna kemapanan tersebut. Dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial kemasyarakatan, pendidikan, dan seluruh sektor kehidupan lainnya dituntut berubah menyesuaikan diri dengan standar kemapanan yang baru tersebut," ungkapnya.

 

Ia menambahkan, implementasi tatanan kehidupan baru tersebut menjelma dalam beragam fenomena, namun dengan karakteristik yang sama, yaitu pemanfaatan kemajuan teknologi untuk mendapatkan nilai kemanfaatan yang optimal. Sebagai contoh, pemanfaatan teknologi informasi di sektor perdagangan (e-commerce) menjadi sangat menjanjikan karena mempunyai pangsa pasar yang sangat luas dan nyaris tanpa batas.

Ketua MPR b"Hal ini didorong hadirnya era internet. Berdasarkan riset yang dipublikasikan pada Februari 2020, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 64 persen. Artinya, dari total penduduk Indonesia yang saat ini diperkirakan berjumlah 272,1 juta jiwa, sekitar 175,4 juta jiwa di antaranya menggunakan akses internet," tandas Bambang.

 

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga menjelaskan, era disrupsi tidak hanya menghadirkan modernitas, namun juga menyisakan beragam tantangan dan berbagai persoalan. Misalnya tergesernya peran sumber daya manusia oleh teknologi robotik, tantangan pemerataan literasi teknologi, potensi penyalahgunaan kemajuan teknologi, dan menonjolnya individualisme dalam sistem sosial.

 

“Dalam kaitan ini, mahasiswa pascasarjana dengan kemampuan dan potensi diri yang dimiliki harus mampu memposisikan diri sebagai subjek, dan bukan objek dari perkembangan zaman. Selain menghadapi era disrupsi, mahasiswa pascasarjana juga dihadapkan pada tantangan besar yaitu pandemi COVID-19. Sebagai bagian dari kalangan terpelajar, mahasiswa pascasarjana dapat mengoptimalkan peran strategisnya dalam penanganan pandemi dan dampaknya," ujar Bambang.

 

Hal itu tidak saja dalam mendorong lahirnya inovasi-inovasi, seperti pembuatan peralatan medis yang murah dan efektif. Tetapi, juga melalui berbagai program yang diselenggarakan dalam rangka meringankan beban bagi masyarakat terdampak pandemi. Termasuk mendidik masyarakat mengenai pentingnya menerapkan protokol kesehatan, yang dapat dilakukan melalui berbagai platform, misalnya media sosial.

John dIa juga menerangkan, salah satu elemen penting membentuk SDM unggul adalah kemampuan menghadapi persaingan global. Cukup disayangkan bahwa menurut laporan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index) tahun 2019 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), Indonesia turun peringkat ke posisi 50. Padahal, tahun 2018 posisi Indonesia berada di posisi 45.

 

"Padahal dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, anggaran untuk pendidikan guna melahirkan SDM unggul, telah dialokasikan sebesar 20 persen dari total APBN, namun hasilnya masih belum memuaskan. Menyiratkan bahwa persoalan sesungguhnya tidak semata terletak pada dukungan anggaran," ujarnya.

 

Dalam kaitan itu, lanjutnya, peran yang diharapkan dari para mahasiswa pascasarjana adalah memberikan masukan, pandangan dan sumbangan pemikiran bagi peningkatan kualitas pengajar, penyempurnaan sistem pendidikan, serta pembenahan lembaga pendidikan. (Humas/RJ)

PetaIkonikUSU