MEDAN – HUMAS USU : Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar seminar daring bertema Pembuatan Film Dokumenter Kebudayaan, Sabtu (29/9/2020). Seminar yang diketuai Bambang Riyanto, MSi, menghadirkan narasumber sejarawan Prof Mukhlis Paeni, sutradara film terkemuka Garin Nugroho dan Onny Kresnawan, sutradara film dokumenter di Sumatera Utara dan dimoderatori oleh Lestari Dara Cinta Utami Ginting, MA.

 

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU Dr Budi Agustono dalam kesempatan itu mengatakan, film dokumenter menjadi bagian dari upaya digitalisasi kebudayaan. Film pendek atau film dokumentar akan membuat nilai-nilai budaya terus berkembang di tengah pesatnya kemajuan zaman.

WBTB b“Proses digitalisasi kebudayaan harus dirumuskan, disepakati dan dipikirkan kembali agar kehadirannya benar-benar dapat membawa kebermanfaatan bagi pelestarian dan pengembangan kebudayaan lokal, maupun nasional. Maka kehadiran tiga narasumber dalam seminar daring ini diharapkan mampu melahirkan sumbangsih pemikiran terkait pembuatan film dokumenter, khususnya yang bertema kebudayaan.

 

Sejarawan Prof Mukhlis Paeni mengatakan, Sumatera Utara saat ini memiliki 29 aset yang diakui sebagai Warisan Nasional dan berpotensi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO.

 

"Tapi sayangnya sampai sekarang yang 29 itu belum ada yang menjadi WBTB. Ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama, khususnya warga Sumatera Utara," ujarnya.

 

Prof Paeni merinci, 29 Warisan Nasional yang berpotensi menjadi WBTB UNESCO itu antara lain, Tor Tor, Gordang Sembilan, Rumah Adat Karo, Huda Huda, Omo Hada, Bola Nafo, Serambang 12, Berahoi, Merdang Medem, Ulos Batak Toba, Pustaha Laklak, Erpangir Ku Lau, Sipaha Lima (Ugamo Malim), Ni'owuru, Dayok Binatur, Genderang Sisibah, Holat, Toge Panyabungan, Tari Gubang, Babae, Tari Dulang, Sinandong Asahan, Guro-guro Aron, Pelleng, Gotong, Itang Poul Poul, Kalabubu, Mangantas dan Tor Tor Somba.

WBTB cSementara itu, sutradara Garin Nugroho mengaku cukup tertarik dengan aneka kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. "Sangat unik dan menakjubkan, saya kira cukup menarik bila difilmkan," ujarnya.

 

Ia juga menjelaskan, sejak Era Industri 1.0 kamera menjadi senjata untuk merekam kebudayaan dan peradaban bangsa. Misalnya kisah tentang penduduk Eskimo. Film dokumenter dalam perkembangan Revolusi Industri mengalami kemajuan yang pesat. Bagaimana kehidupan peradaban suatu masyarakat atau bangsa direkam untuk kemudian dipelajari. Sayangnya, ketika bangsa-bangsa lain menggunakan pendekatan film dokumenter dalam strategi pengembangan kebudayaannya, Indonesia malah tertinggal.

 

"Saat ini kita memasuki era 4.0 dan sebentar lagi 5.0. Maka jangan sampai Indonesia tertinggal lagi. Semua orang saat ini memiliki ponsel pintar untuk memproduksi sebuah film. Kamera yang canggih ada di genggaman para generasi milenial. Maka pertanyaannya, bagaimana kamera itu digunakan? Bagaimana strategi kebudayaan yang dilakukan lewat digitalisasi itu? Jangan sampai, era digital ini yang lebih banyak adalah sampah digitalnya. Seperti melek huruf tapi tak bisa membaca," ujarnya.

WBTB a

Sutradara Onny Kresnawan menyetujui apa yang dikatakan Garin Nugroho dan Prof Mukhlis. Hal itu merupakan lecutan bagi sineas Sumatera Utara untuk menjadikan 29 Warisan Nasional menjadi WBTB UNESCO.

 

"Film dokumenter merupakan salah satu upaya untuk menggali warisan budayanya itu. Ini akan menjadi pekerjaan rumah bersama, baik sineas maupun akademisi atau siapapun yang bergulat dengan kebudayaan Sumatera Utara," tegasnya.

 

Turut hadir dan mendukung kegiatan tersebut, Wakil Dekan I Prof Mauly Purba, Wakil Dekan II Dra Heristina Dewi MPd dan Wakil Dekan III Prof Ikhwanuddin Nasution. (RJ)

PetaIkonikUSU