MEDAN – HUMAS USU: Peran perguruan tinggi dalam pembangunan SDM sangat penting. Di mana perguruan tinggi merupakan lokomotif terdepan dalam pengelolaan bonus demografi yang dimiliki Indonesia agar tidak menjadi sesuatu yang negatif. Pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu kunci penting untuk meningkatkan peradaban Indonesia.

 

Hal tersebut disampaikan Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, dalam pengantarnya sebagai moderator Kuliah Umum FISIP USU untuk Penyambutan Mahasiswa Baru FISIP USU Tahun 2020, Senin (5/10/2020). Kuliah umum bertajuk “Human Capital Unggul Pondasi Indonesia” yang mengetengahkan Koordinator Staf Khusus Presiden RI Dr AAGN Ari Dwipayana, MA, yang diselenggarakan melalui aplikasi zoom.

 

Muryanto Amin memaparkan materi tersebut sangat penting dibahas, sebab saat Presiden Joko Widodo dan wakilnya KH Ma'ruf Amin dilantik, Jokowi telah menekankan pentingnya pembangunan SDM pada periode kedua kepemimpinannya. Menurutnya, bahkan porsi pembangunan SDM itu harus lebih besar dari pembangunan infrastruktur, untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekaligus moral oleh manusia Indonesia. Oleh karena itu, sambung Muryanto, salah satu tugas penting perguruan tinggi adalah mengelola mahasiswa agar memiliki talenta dan berkarya untuk kemajuan bangsa Indonesia.

 

“Kunci pembelajaran sumber daya manusia adalah menumbuhkembangkan kepercayaan (trust) agar memiliki akar ke-Indonesia-an yang kuat. Bukan hanya meraih prestasi tapi juga hingga ke akar rumput,” ujar Muryanto yang juga menjabat sebagai Sekretaris Forum Dekan Ilmu Sosial (Fordekiss) itu.

 

Dalam webinar tersebut, Dr Ari Dwipayana yang merupakan salah seorang alumni Universitas Gadjah Mada memaparkan, bahwa SDM unggul dimulai dari sisi kesehatan. Sebab dengan kesehatan yang baik, pendidikan yang berkualitas mampu dicapai.

IMG 20201006 WA0034 resize 69

Selain itu, sistem pendidikan juga harus menjangkau seluruh warga dengan kualitas yang merata. “Link and match dengan dunia industri dan disertai dengan penguatan karakter kebangsaan,” bebernya.

 

Ari berpesan kepada para mahasiswa, agar selalu berpikir kritis serta membangun karakter untuk saling bekerjasama.

 

“Intinya yang ingin saya sampaikan untuk adik-adik mahasiswa adalah anda harus menempatkan manusia dan SDM sebagai sesuatu yang penting dalam kajian, atau riset yang dilakukan. Karena kalau itu jadi fokusnya maka kita yakin, kita bisa maju menjadi negara yang dihormati bangsa-bangsa lain,” pungkas Ari.

 

Keberhasilan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari pengaruh negara lain. Oleh karena itu, jika Indonesia hendak menjadi negara maju maka pilihannya adalah meniru strategi kemajuan pembangunan di negara maju. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah Indonesia harus melakukan peningkatan kualitas manusianya. Karena sudah bukan saatnya lagi Indonesia mengandalkan sumber daya alamnya (SDA) untuk membangun Indonesia.

 

"Kalau kita memiliki komitmen untuk maju, maka kita harus mau belajar dari negara-negara maju lainnya. Kita tidak boleh lagi terlena, tergantung dan mengandalkan sumber daya alam. Nanti kita kena kutukan SDA. Negara harus berinvestasi kepada human capital," ujar Ari Dwipayana.

 

Ari lebih lanjut mengatakan, Indonesia harus keluar dari ketergantungan kepada sumber daya alam. Karena sumber daya alam semakin lama akan semakin habis. Menurut dia, sumber daya alam harus digunakan untuk membangun human capital.

 

Sebagai negara dengan penduduk terbesar ke empat di dunia, Indonesia memiliki modal dalam mengembangkan human capital, tanpa harus mengandalkan lagi faktor sumber daya alam.

 

"Indonesia akan mencapai bonus demografi pada tahun 2030-2040. Banyak negara yang alamnya keras dan tidak subur, tapi justru berkembang maju. Sebaliknya, banyak negara yang kaya SDA, tapi terlena dan lupa meningkatan kualitas SDM. Ada kutukan sumber daya alam atau dutch desease," ujar dia.

IMG 20201006 WA0026 resize 59

Ari menilai sejumlah negara sangat serius membangun manusianya. Menurut dia, negara-negara Skandinavia itu punya dana abadi tak terbatas untuk membangun manusia mereka. Mereka membangun pendidikan besar-besaran untuk membentuk manusia unggul. Demikian pula dengan negara lain seperti Uni Emirat Arab (UEA). Negara itu lambat laun akan meninggalkan ketergantungan dengan SDA minyak bumi dan secara pelan tapi pasti juga membangun human capital.

 

"Inilah tantangan kita dalam mengoptimalkan SDM untuk mencapai visi Indonesia tahun 2045, yakni keluar dari negara yang berpendapatan (income) menengah, menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita Rp 320 juta per tahun," ujarnya.

 

Menurut dia, salah satu cara untuk menuju SDM Indonesia unggul adalah dimulai dari kandungan ibu. "Kita mulai dari kandungan ibu, dengan memperbaiki gizi ibu hamil dan jangan sampai terjadi kasus stunting (cebol). Kita masih prihatin karena kasus stunting di Indonesia tahun 2019 mencapai 27,70 persen. Kita ingin angka stunting itu mencapai 20 persen. Cara selanjutnya adalah dengan memperbanyak fakultas kedokteran di Indonesia, sehingga dokter yang tersedia semakin banyak untuk melakukan preventif," tuturnya.

 

Ari meminta perguruan tinggi melakukan hilirisasi hasil-hasil penelitian para dosen. "Hasil-hasil penelitian para dosen itu harus diaplikasikan ke dunia industri dan pemerintahan," imbuhnya. (RJ)

PetaIkonikUSU