MEDAN – HUMAS USU : Desa Nelayan Seberang kini telah memiliki destinasi wisata baru, yakni Ekowisata Nelayan Cinta Mangrove. Peresmian fasilitas pengembangan ekowisata mangrove yang dilakukan pada Sabtu, (14/11/2020), ditandai dengan penyerahan secara resmi dari Tim Pengabdian Masyarakat Desa Binaan Kampung Nelayan Seberang dari Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) USU kepada masyarakat dan unsur pemerintahan setempat melalui koperasi.

Ekowisata aTim Desa Binaan Kampung Nelayan Seberang telah melaksanakan 7 program kegiatan di Kampung Nelayan Seberang dari Juni hingga November 2020. Turut hadir dalam kegiatan tersebut Staf Ahli Gubernur Sumut, Kadis Kehutanan Sumut, Kepala LPPM USU, Camat Hamparan Perak, Kades Kampung Nelayan Seberang Belawan, Kadus Paluh Kurau dan seluruh anggota tim yang terlibat.

 

Ketua Tim Desa Binaan Prof Dr Prihatin Lumbanraja, SE, M Si, menyampaikan ucapan terima kasih atas kehadiran unsur pemerintahan dari tingkat provinsi hingga desa dalam peresmian fasilitas pengembangan ekowisata mangrove dan bahari serta restorasi mangrove berbasis ekonomi masyarakat di Pesisir Belawan. Hal tersebut dinilai sangat berarti dalam memberikan dukungan terhadap keberadaan dan pengembangan ekowisata mangrove di kawasan tersebut ke depannya.

Ekowisata gProf Prihatin menjelaskan, kegiatan yang dilakukan tim terdiri dari tujuh program utama, yang dilaksanakan secara bertahap demi terwujudnya masyarakat desa yang lebih mandiri dalam mengoptimalkan potensi desa nelayan seberang sebagai desa ekowisata mangrove.

 

“Besar harapan kami kampung nelayan seberang bisa menjadi objek wisata yang bukan hanya menarik bagi wisatawan dalam negeri tetapi juga luar negeri suatu saat nanti,” katanya.

 

Adapun program yang dilaksanakan oleh Tim Desa Binaan Kampung Nelayan Seberang terdiri dari ekowisata mangrove, restorasi mangrove, pembuatan dermaga tambatan kapal, pembuatan pondok karang taruna yang mencetak atlit dayung, taman bermain anak, peningkatan potensi ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan ibu-ibu mengolah sirup mangrove, bakso ikan mangrove dan abon serta pemasaran.

 

“Kami berharap, perekonomian masyarakat di Desa Nelayan Seberang ini bisa meningkat dan dapat menjadi salah satu tujuan wisata mangrove di Sumut,” kata Prof Prihatin.

Ekowisata dKetua LPPM USU Prof Dr Tulus, Vor Dipl Math, M Si, Ph D, yang hadir mewakili Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu, SH, M Hum, dalam peresmian dan pengguntingan pita Ekowisata Nelayan Cinta Mangrove mengatakan, setiap tahun USU selalu menjalin hubungan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ia berharap pada tahun depan program ekowisata mangrove ini dapat diteruskan dengan pengembangan lanjutan untuk memberdayakan masyarakat. Mengingat potensinya yang sangat besar.

 

“Kami juga sangat berterima kasih kepada Rektor USU yang selalu mendukung penuh seluruh kegiatan yang dilakukan LPPM USU dan para dosen, khususnya dalam hal pemberdayaan masyarakat. Terutama yang memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka internasionalisasi perguruan tinggi, sejalan dengan Renstra 2020-2024,” kata Prof Tulus.

Ekowisata bIa juga berharap, agar dalam waktu dekat disetujui anggaran untuk pengembangan desa binaan, sehingga dapat berbuat lebih banyak lagi bagi masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya terjalin MoU sebagai payung kerjasama antara Pemerintah Daerah setempat dengan USU.

 

Camat Hamparan Perak Eko Sapriadi, S Sos, dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan ucapan terima kasih atas berbagai pelatihan yang telah diberikan oleh tim kepada masyarakat, yang dapat membantu memperbaiki perekonomian mereka.

 

“Wisata mangrove ini merupakan terobosan yang luar biasa untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,” katanya.

Ekowisata cEko menjelaskan, di Desa Paluh Kurau cukup banyak obyek wisata yang menunggu untuk dikelola lebih baik lagi, termasuk wisata mangrove. Ia juga mengingatkan kepada masyarakat dan berbagai pihak terkait untuk terus menjaga dan melindungi hutan mangrove serta memperhatikan peremajaannya.

 

Kadis Kehutanan Provinsi Sumut Ir Heriyanto, M Si, dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan apresiasinya dan menyambut baik niat serta upaya yang telah dilakukan oleh Tim LPPM USU. Ia mengajak seluruh pihak untuk bersinergi dan meningkatkan sumber daya manusia yang mengelola kawasan mangrove. Dinas Kehutanan akan mendukung seluruh upaya yang dilakukan untuk itu, meskipun diakuinya bahwa pihaknya juga memiliki keterbatasan dalam hal anggaran, data dan tenaga.

Ekowisata eSementara itu, Staf Ahli Gubernur Sumut, Muchrid Coki Nasution, saat mewakili Gubernur dalam pertemuan tersebut menyarankan agar masyarakat belajar dengan negara lain dalam hal pengelolaan dan pengembangan kawasan mangrove. Fasilitas yang mendukung kehadiran para wisatawan di kawasan mangrove juga harus dilengkapi sehingga semakin banyak orang yang berkunjung.

 

Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat Desa Binaan Kampung Nelayan Seberang terdiri pula atas Wakil Ketua Prof Dr Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA, Sekretaris Onrizal, S Hut, M Si, Ph D, Wakil Sekretaris Indra Aulia, STI, M Kom, Bendahara Dr Rudi Hartono, S Hut, M Si. Koordinator Ekowisata Mangrove dan Bahari Pindi Patana, S Hut, M Sc, Koordinator Restorasi Mangrove Dr Achmad Siddik Thoha, S Hut, M Si, Koordinator Pengembangan Infrastruktur Desa Ir Rahmi Karolina, ST, MT, Koordinator Kampung Atlit Dayung Ir Syahrizal, MT, Koordinator Tempat Bermain Anak Ir M Agung Putra Handana, ST, MT, Koordinator Produksi Produk Olahan Mangrove dan Perikanan Aisyah, SE, M Si, serta Koordinator Pemasaran Produksi Produk Olahan Mangrove dan Perikanan Beby Kendida Hasibuan, SE, M Si.

Ekowisata fProgram pengembangan ekowisata mangrove dan bahari fokus pada pengembangan ekowisata tersebut dengan mengembangkan beberapa titik swafoto beserta trekking yang akan menjadi salah satu daya tarik unggulan bagi program ekowisata mangrove ini. Program restorasi hutan mangrove ditujukan sebagai pengembangan wisata mangrove berkelanjutan di masa-masa yang akan datang. Sudah dilaksanakan penyemaian bibit siap tanam untuk restorasi kembali hutan mangrove desa. Sebanyak kurang lebih 5.000 bibit telah dipersiapkan dan ditanam sebagai bentuk restorasi tersebut. Selanjutnya, program pengembangan dermaga untuk penambat perahu wisata hutan mangrove, sehingga memudahkan wisatawan untuk menjangkau tujuan. Pembuatan pondok karang taruna atlet dayung digunakan sebagai pembinaan anak-anak Kampung Nelayan Seberang untuk menumbuhkan semangat dan pelatihan/ pengembangan atlit dayung.

 

Untuk program pembuatan taman bermain bagi anak, dipersiapkan sebagai sarana bermain bagi para balita. Sementara program keenam dan ketujuh bertujuan untuk mengembangkan potensi ekonomi dari kawasan wisata mangrove. Terdiri dari pembuatan sirup mangrove yang sudah siap komersialisasi dan lulus uji laboratorium. Sirup ini sudah mulai dipasarkan melalui media sosial dengan nama mangrovie. Selain itu, produk olahan ikan seperti baso ikan dan abon ikan juga bisa menjadi produk khas ekowisata. (RJ)

PetaIkonikUSU