MEDAN – HUMAS USU : Gadis yatim piatu berwajah polos yang selama ini tercatat sebagai warga di Dusun Rambungan 2 Jalan Pancasila Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara itu, tiba-tiba menjadi viral di media massa sepekan belakangan. Kisah heroiknya mengayuh sepeda dari rumahnya yang berjarak belasan kilometer untuk menemui dosen akhirnya berbuah manis. Rektor USU Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, menghadiahkan satu unit sepeda motor baru kepadanya, seusai menjalani ujian sidang meja hijau, Senin (1/2/2021) di FISIP USU Medan.

 

Nurul Hasanah, demikian nama gadis kelahiran 27 Juli 1995 yang beruntung itu. Wajah mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara itu terlihat semringah dengan sepasang mata berbinar-binar bahagia. Bagaimana tidak, setelah dinyatakan lulus dalam sidang meja hijau yang menjadi puncak dari perjuangannya menyelesaikan kuliah selama ini, sepeda motor yang tak pernah terbayang akan dimiliki, malah diberikan kepadanya secara gratis. Diserahkan langsung oleh Rektornya pula.

IMG 20210202 WA0000 resize 29

“Alhamdulillah, saya merasa sangat senang dan terharu dengan hadiah yang diberikan oleh Bapak Rektor dan sangat berterimakasih atas hadiah yang diberikan Pak Rektor. Ibarat kata saya ini seperti dari nothing to something. Tapi saya tentu tidak boleh merasa bangga, karena ini semua merupakan titipan Allah. Saya akan berusaha untuk memanfaatkan semua pemberian orang kepada saya dengan sebaik-baiknya,” kata Nurul dengan mata berkaca-kaca.

 

Nurul mengatakan, sepeda motor itu akan digunakan dan dirawatnya dengan baik. Ia juga meminta agar didoakan dan diingatkan apabila ada hal-hal yang tidak baik atau tidak tepat dilakukannya.

IMG 20210202 WA0003 resize 99

Rektor USU Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si, menyerahkan bantuan satu unit sepeda motor berikut perlengkapannya seperti helm dan jaket sekaligus memberikan sejumlah uang yang dinyatakannya sebagai donasi dari Hamba Allah yang merasa terpanggil untuk membantu Nurul. Ia berharap bantuan tersebut dapat membantu Nurul dalam melakukan berbagai aktivitasnya sehingga nantinya bisa mendapatkan pekerjaan yang baik dan layak, membantu masyarakat serta mengharumkan nama USU sebagai almamaternya.

 

“Saya harap Nurul dapat sabar dan ikhlas dalam menghadapi rintangan-rintangan hidup ini meskipun dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Akan ada banyak orang yang membantu Nurul. Semoga Nurul bisa segera mendapatkan pekerjaan yang baik dan layak, berkontribusi bagi bangsa dan negara serta membawa nama baik almamater Universitas Sumatera Utara,” kata Rektor.

IMG 20210202 WA0001 resize 13

Nama Nurul melejit ke permukaan tersebab unggahan dosen FISIP USU Drs Syafruddin Pohan, SH, M Si, Ph D, yang berjudul “Maafkan Bapak, Nak” di laman media sosialnya. Drs Syafruddin menuliskan kisah mahasiswinya, Nurul, yang harus menempuh perjalanan belasan kilometer demi menyerahkan tugasnya kepada sang dosen. Ia sempat keliru menyangka bahwa Nurul sama dengan beberapa mahasiswanya yang selama ini selalu berdalih ini itu demi menunda penyerahan tugas. Betapa sedih dan prihatinnya ia demi mengetahui perjuangan gadis yatim-piatu itu untuk menemuinya.

 

Selama ini, Nurul yang hidup seorang diri mencari penghasilan tambahan dengan mengajar mengaji di sebuah rumah tahfidz dengan bayaran satu juta rupiah per bulan dan mengajar anak-anak tetangganya mengaji secara privat dengan imbalan paling banyak seratus ribu rupiah per bulan. Nurul menambahkan, ia juga mendapatkan bantuan dari abang dan pamannya. Namun Nurul mengaku ia tak ingin merepotkan paman dan abangnya yang juga membutuhkan banyak biaya untuk memenuhi kehidupan mereka, maka ia memutuskan untuk mengajar mengajar mengaji demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sementara untuk kebutuhan kuliah ia cukup terbantu karena selama ini mendapatkan beasiswa.

IMG 20210202 WA0002 resize 83

Ayah Nurul meninggal terkena serangan jantung pada 3 Juli 2004. Saat itu ia masih duduk di kelas 4 SD. Nurul yang merupakan bungsu dari tiga bersaudara ini kembali mengalami kehilangan pada 1 Maret 2013 setelah ibunya meninggal akibat kanker payudara yang dideritanya. Nurul masih duduk di bangku SMA dan berusia 17 tahun ketika akhirnya menyandang status sebagai yatim-piatu.

 

Sebenarnya, Nurul mahasiswa FISIP USU angkatan 2013. Seharusnya, dia lulus kuliah tahun 2017. Namun, karena kondisi finansial yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya yang cukup berat, Nurul memutuskan cuti pada tahun 2017 hingga tahun 2018. Dia bekerja selama setahun sebagai pramuniaga dengan harapan yang menipis untuk bisa melanjutkan kuliah lagi. Namun semangat Nurul kembali terpacu untuk kembali berkuliah saat menemani temannya ke kampus untuk mengurus skripsi. Di sana ia bertemu dengan salah seorang dosennya yang menasehatinya untuk meneruskan kuliah.

IMG 20210202 WA0004 resize 45

Beruntung, banyak kemudahan yang diberikan Allah SWT kepada Nurul dalam menyelesaikan kuliahnya. Ia mengaku, banyak orang yang membantunya. Termasuk sang paman dan salah seorang teman almarhum ayahnya. Nurul mengatakan sepeda motor ini akan dia gunakan untuk aktivitas setelah lulus, khususnya mengajar mengaji. Ketika ditanya tentang cita-cita, Nurul menjawab dengan tegas bahwa ia ingin menjadi penghafal qur’an dan mencetak generasi qurani yang shalih dan shalihah. (RY)

PetaIkonikUSU