MEDAN-HUMAS USU : Indonesia dan Tiongkok memiliki jalinan hubungan yang banyak mengalami pasang surut. Namun, dalam relasi diplomasi kebudayaan, keduanya memiliki keterkaitan erat yang tak bisa dipisahkan. Hal itulah yang menyebabkan Indonesia-Tiongkok selalu dapat mengharmonisasikan kembali hubungannya dalam masa 71 tahun hubungan diplomatik yang terbina.

 

Sejak beratus tahun lalu, saat Indonesia masih dikenal dengan nama Nusantara, Tiongkok kerap menjadi sahabat terdekat. Mula kedekatan dua saudara se-Asia itu diawali dengan interaksi ekonomi bidang perdagangan, lalu merambah ke relasi sosial budaya. Tantangan hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Tiongkok memiliki aneka ragam tekanan, baik dari sisi politik, ekonomi dan sosial budaya. Kendati demikian, tantangan itu selalu berhasil diatasi dengan baik sebab antara Indonesia dengan Tiongkok memiliki hubungan erat layaknya suami dan istri.

 

Analogi itu disampaikan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Muryanto Amin, SSos, MSi, saat membuka seminar daring “Relasi Kebudayaan Indonesia-Tiongkok” yang digagas Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan dukungan Wakil Ketua Umum Lembaga Kerja Sama Ekonomi Sosial dan Budaya, Paiman Mak, Kamis (18/2).

Tiongkok 41Dr Muryanto mengatakan, jika membaca sejarah mengenai hubungan Indonesia Tiongkok yang beredar dalam berbagai bentuk, baik secara teks di berbagai dokumen dan buku-buku maupun yang tersebar di ranah internet, sesungguhnya hubungan kedua negara ini dapat kita asumsikan sebagai hubungan rumah tangga.

 

“Hubungan Indonesia Tiongkok kerap dihiasi dengan berbagai dinamika naik-turun dan hangat dingin hubungan. Tentu saja, seiring dengan bertambahnya usia jalinan persahabatan antara kedua negara, kondisi hubungan tersebut saat ini semakin hangat dan membaik serta mampu mencapai pemahaman bersama dalam banyak aspek. Tentunya kondisi ini sangat menguntungkan bagi kedua negara dalam membangun sinergitas, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan maupun bidang-bidang lain yang memungkinkan,” ujarnya.

 

Memasuki 71 tahun hubungan Indonesia-Tiongkok pada tahun ini, yang diteguhkan dalam pola hubungan yang setara dan saling menghargai, tentu semua berharap akan terjadi lebih banyak kerja sama dan kemajuan dalam berbagai bidang bagi kedua negara.

Tiongkok 1“Dalam kaitan ini, USU juga menitipkan harapan agar seminar yang terselenggara dapat menjadi pintu masuk yang akan memanifestasikan dan menjaring lebih banyak berbagai kemungkinan kerja sama di dunia pendidikan, antara USU dengan perguruan tinggi dan lembaga kebudayaan serta lembaga pengembangan riset dan teknologi yang ada di RRT, yang tentunya difasilitasi oleh Pemerintah RRT,” ujarnya.

 

Dekan FIB USU, Dr Budi Agustono, MS juga berharap, kebudayaan antara dua negara terus dipererat agar keduanya sama-sama tumbuh menjadi negara yang disegani. “Kebudayaan memiliki peran penting dan pembuka jalan agar kedua belah pihak bisa saling memberi pengertian,” tegasnya.

 

Dengan adanya relasi kebudayaan, Indonesia dan Tiongkok diharapkan akan terus beriringan dalam menaklukkan era globalisasi yang penuh tantangan dan hambatan. Menjadi dua sahabat yang saling menopang dalam segala aspek kehidupan dan membawa kebermanfaatan serta kesejahteraan bagi rakyat dua negara itu.

 

Duta Besar (Dubes) Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Republik Rakyat Tiongkok dan Mongolia, H E Djauhari Oratmangun, dalam kegiatan yang sama mengatakan, hubungan Indonesia dengan Tiongkok secara kultural telah terjalin berabad lalu.

Tiongkok 2“Namun hubungan diplomasi kedua negara itu dimulai 13 April 1950. Sejak saat itu, peningkatan kerja sama yang saling menguntungkan terus mengalami angka-angka yang signifikan,” ujar Dubes Djauhari saat memberi sambutan.

 

Lebih jauh Djauhari mengatakan, hubungan kedua negara kerap mengalami tantangan dan hambatan. Akan tetapi dirinya percaya bahwa pilar sosial-budaya yang kuat akan membuat kepercayaan dua negara kembali terjalin.

 

“Kerja sama kita mencakup tiga pilar yakni politik, ekonomi dan sosial budaya. Bila sosial-budayanya kuat, maka hubungan dua negara akan semakin harmonis dan semakin meningkat,” ujarnya.

 

Djauhari mengatakan, salah satu penguatan hubungan sosial-budaya, people to people yang dilakukan oleh Kedutaan Besar RI di RRT dan Mongolia adalah menjalin kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan serta perguruan tinggi. “Termasuk mendukung kegiatan webinar dengan USU kali ini. Kita berharap di masa yang akan datang, kerja sama di bidang pendidikan dapat lebih ditingkatkan,” ujarnya.

Tiongkok 3Seminar daring yang digagas FIB USU, menurut Djauhari sangat didukung karena akan menjadi penyampai pesan perdamaian dan persahabatan antardua negara yang besar ini.

 

“Pada 2030, Indonesia akan menjadi kekuatan besar baik secara regional maupun global. Kerja sama dengan RRT yang saat ini menjadi negara maju tentu sangat menguntungkan bagi kedua negara di masa yang akan datang,” ujarnya.

 

Konsulat Jenderal Tiongkok di Medan Qiu Weiwei dalam sambutannya menegaskan bahwa Sumatera merupakan poros penting dalam pengembangan sosial budaya antar dua negara. Pihaknya terus menggenjot program pertukaran budaya agar jalinan persahabatan semakin erat.

 

“Kami juga berharap para cendekiawan dan para ahli di dua negara terus berkolaborasi dan bersinergi untuk mendorong terjalinnya persahabatan yang lebih harmonis. Budaya menembus ruang dan waktu. Kami mendukung penguatan sosial budaya agar tercipta peradaban yang maju di segala bidang. Khususnya dalam menciptakan perdamaian, toleransi, hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan,” ujarnya.

Tiongkok 5Indonesia, imbuhnya, merupakan salah satu negara yang pertama kali menjalin hubungan diplomatik dengan RRT. Perayaan 70 tahun pada 2020 terasa begitu spesial dengan adanya komunikasi yang lebih intens antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Xi Jinping. Pada tahun ini, diharapkan lebih meningkat dari tahun sebelumnya. (RJ/BS)

 

Narasumber pada kegiatan yang diketuai Ketua Program Studi Bahasa Mandarin Mhd Pujiono, PhD, itu adalah Dino Rachmadiana Kusnadi (Wakil Kepala Misi Kedutaan Besar RI untuk RRT dan Mongolia), Dr R Tuty Nur Mutia E Muas (Sosiolog UI) dan Prof Xu Liping (Chinese Academy of Social Sciences/CASS, Beijing). Pendaftar seminar daring mencapai lebih dari 400 peminat. (RJ/BS)

PetaIkonikUSU