MEDAN-USU: Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), Prof. Dr. Mohammad Nasir, PhD mengungkapkan, kualitas pendidikan dan daya saing lulusan perguruan tinggi (PT) di Indonesia masih jauh tertinggal, baik di level internasional, bahkan di tingkat ASEAN.


“Kualitas kita masih tertinggal dengan negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia dan Singapura,” kata Menristek Dikti Prof. Mohammad Nasir dalam paparannya saat memberikan sambutan di acara Simposium Nasional Akuntasi (SNA) XVIII di Auditorium Universitas Sumatera Utara (USU), Kamis (17/09/2015).

SNA 6Hadir dalam acara itu, Plt Gubsu Ir. H .Tengku Erry Nuradi,MSi, Pj Rektor USU Prof. Subhilhar, PhD, Dewan Pimpinan Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Prof. Ainun Naim, PhD.Ak.CA, Ketua IAI Kompartemen Akuntan Pendidik Dr. Nunuy Nur Afiah, SE., MSi., Ak, Dekan FEB USU Prof. Azhar Maksum, para pejabat sipil, militer dan 820 peserta SNA.

 

Dikatakan Menristek Dikti, peringkat dan kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal dengan negara anggota ASEAN lainnya, seperti Singapura dan Malaysia. “Kondisi ini harus menjadi perhatian serius. Salah satu indikator kualitas kita masih tertinggal adalah, publikasi ilmiah di jurnal internasional masih bisa dihitung jari. Mutu penddikan kitta kondisinya akut, maka prioritas pendidikan tinggi difokuskan meningkatkan mutu dan relevansi,” tegas.

SNA 1Menurutnya, peningkatan mutu harus serius. Harapan masyarakat terhadap pendidikan tinggi tidak lagi cukup sebagai agen pendidikan ataupun riset. Pendidikan tinggi kini diharapkan jadi agen pembangunan ekonomi. Untuk itu, lanjutnya, perguruan tinggi tidak cukup menghasilkan lulusan dan riset yang baik, tetapi juga menghasilkan sarjana yang hebat berinovasi.

 

Nasir berharap, kegiatan SNA ini menjadi momentum peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. ”Profesi akuntan harus menjadi garda terdepan peningkatan kualitas SDM dan pembangunan ekonomi bangsa,” katanya. Kegiatan SNA XVIII yang mengangkat tema 'Peluang dan Tantanga ASEAN Economic Community (AEC) terhadap Akutansi Indonesia', sangat strategis dalam menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Dengan AEC, perguruan tinggi nasional secara kelembagaan harus siap bersaing bebas dengan perguruan tinggi di negara ASEAN yang akan lebih bebas keluar masuk Indonesia.

SNA 4Demikian juga lulusan perguruan tinggi, seperti tenaga pariwisata, kesehatan (mencakup profesi dokter), keperawatan, akuntansi, teknik, survei, arsitektur, dan perawatan gigi, tidak ada waktu lagi untuk main-main. “Hanya lulusan yang sudah memiliki sertifikat kompetensi yang nanti bisa bertebaran dalam bursa kerja ASEAN. Pasar tenaga kerja kita akan semakin luas dan lulusan bidang tersebut akan mudah masuk ke ASEAN. Namun, hal ini tidak akan mudah kalau kualitas lulusan kita hanya seperti ini,” terangnya.

 

Dijelaskan, kunci memenangkan persaingan itu adalah peningkatan kualitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) sehingga bisa melahirkan karya-karya inventif inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat, terus melakukan pengembangan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi. “Kalau berbicara dalam forum global, maka harus diakui peringkat kualitas pendidikan kita, masih tertinggal, bahkan dalam level ASEAN sekalipun,” tuturnya.

 

Belum baiknya peringkat perguruan tinggi nasional ini, lanjut M. Nasir, dapat dipastikan terutama dikarenakan unsur Sumber Daya Manusia (SDM) di perguruan tinggi yang relatif terbatas kuantitas maupun kualitasnya. Dengan gambaran persaingan yang semakin ketat dan lambatnya peningkatan kualitas secara relatif dibandingkan perguruan tinggi kelas dunia, tambahnya, maka upaya meningkatkan daya saing merupakan suatu keniscayaan. Perguruan tinggi di tanah air harus berusaha keras untuk meningkatkan daya saing tersebut, bukan sekadar untuk bisa bertahan atas persaingan yang kian ketat itu, melainkan juga untuk bisa masuk dalam jajaran perguruan tinggi yang baik pada level nasional, Asia Tenggara, Asia, bahkan global.

SNA 5"Ini bukan sesuatu yang mustahil. Lembaga pendidikan tinggi tidak bisa lagi hanya mengeluarkan ijazah tanpa melihat sejauh mana kompetensi di balik ijazah tersebut, serta kemampuan keterampilan yang melekat, hingga kemampuan lulusannya untuk memperoleh sertifikasi sesuai keahliannya. Tanpa adanya ketiga hal tersebut, maka lulusan perguruan tinggi kita akan sulit masuk ke bursa kerja di era global di negara ASEAN. Betapa pentingnya meningkatkan mutu perguruan tinggi, riset dan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa," sebutnya. Nasir menegaskan, Kemristek Dikti bertanggungjawab mendorong peningkatan mutu pendidikan perguruan tinggi. Saat ini, perguruan tinggi Indonesia masih kalah bersaing dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

 

Sebelumnya, Plt Gubsu Ir. H. Tengku Erry Nuradi mengatakan, perguruan tinggi harus menjadi aktor utama dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di kancah internasional. Dikatakannya, memasuki era MEA pada Desember 2015 mendatang, persaingan terbuka tidak lagi terhindarkan. Sistem perdagangan bebas akan membuat negara yang tidak memiliki SDM unggul jelas tersisih. Oleh sebab itu, lanjutnya, perguruan tinggi sudah saatnya tampil ke depan untuk menjadi pemain utama. “Peran perguruan tinggi sangat strategis membangun SDM, jangan sampai kita menjadi penonton di negeri sendiri,” ujarnya.

SNA 3Plt Gubsu mengharapkan, kegiatan SNA XVIII harus menjadi momentum peningkatan kualitas SDM bangsa. "SDM yang berkualitas menjadi salah satu kunci menghadapi MEA 2015. Oleh karenanya, perguruan tinggi merupakan pilar utama sumber penghasil SDM berkualitas,” sebutnya sambil mengatakan, sejalan dengan visi misi Provinsi menuju Sumut yang berdaya saing dan sejahtera. Di mana USU sebagai universitas kebanggaan masyarakat Sumut adalah wadah pencetak generasi penerus bangsa di segala sektor keilmuan.

 

Dia mengatakan, PT harus mampu melahirkan lulusan berdaya saing global. Dalam kesempatan itu, Plt Gubsu mengapresiasi kegiatan SNA. Dimana mampu mengumpulkan para akuntan terbaik Indonesia dengan sebuah tema yang sangat strategis dalam menyosong pasar bebas MEA 2015. “Kunci dari daya saing itu adalah SDM,” ucapnya. Plt Gubsu mengimbau, kegiatan ini tidak hanya berhenti di sini. Disarankannya, kegiatan simposium ini dapat dilaksanakan kontiniu dan lebih konkrit untuk mampu merekomendasikan poin-poin krusial, yang bisa memberi dampak perbaikan ekonomi bangsa, khsusnyaa Provinsi Sumatera Utara. Dia mengingatkan, profesi akuntansi memiliki peluang strategis pada MEA 2015 mendatang. Hampir semua lini membutuhkan profesi ini.

SNA 2Sedangkan, Pj Rektor USU Prof. Subhilhar mengapresiasi, kepercayaan yang diberikan kepada USU sebagai tuan rumah kegiatan ini. Dia berharap, kegiatan ini, banyak mengasilkan pemikiran dan gagasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mutu lulusan universitas.

 

Turut memberikan sambutan, Ketua IAI Kompartemen Akuntan Pendidik, Dr. Nunuy Nur Afiah, SE., MSi. Dia mengatakan, kegiatan simposium ini berlangsung empat hari. "Saya mengapresiasi semangat luar biasa dari peserta untuk hadir dalam acara ini," katanya.(humas)

PetaIkonikUSU