MEDAN-USU: Kepala Staf Angkatan Darat Jendral TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi perang boneka (Proxy War). Perang yang tanpa disadari telah melemahkan kedaulatan bangsa dan negara. Hal itu dikatakannya pada acara Kuliah Umum (stadium generalle) yang diselenggarakan di Gedung Auditorium USU, Rabu (17/9).

WAR 1Dikatakannya bahwa Perang Proxy atau Proxy War merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadap-hadapan namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Perang proxy tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan actor non state.

 

Dihadapan ribuan mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang ada di Medan, Gatot berpesan kepada generasi muda, khususnya mahasiswa agar bisa membaca keadaan dengan pikiran dan nurani. Pemuda adalah garda terdepan agar perang proxy yang dewasa ini terjadi dapat ditangkal. "Indikasi adanya Proxy War di Indonesia di antaranya gerakan separatis, demonstrasi massa dan bentrok antar kelompok," kata Jenderal yang lahir di Tegal 13 Maret 1960 ini.

WAR 2Lebih jauh dijelaskannya lagi, pada masa yang akan datang, di mana energi fosil pada tahun 2043 akan habis dan digantikan dengan bio energi, sasaran konflik akan mengarah pada lokasi sumber pangan yang sekaligus merupakan sumber energi. Indonesia sebagai salah satu negara ekuator yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun akan menjadi arena persaingan kepentingan nasional berbagai negara. Untuk itu, diperlukan langkah antisipasi dan persiapan yang matang agar bangsa Indonesia mampu menjamin tetap tegaknya keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

 

Ketersediaan pangan

 

Bertambah pesatnya populasi penduduk dunia yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan, air bersih dan energi akan menjadi pemicu munculnya konflik-konflik baru. Dengan adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang-perang jenis baru diantaranya perang asimetris, perang hibrida dan perang proxy sehingga kemungkinan terjadinya perang konvensional antar dua negara dewasa ini semakin kecil.

WAR 3Pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa tersebut untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara. Sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal proxy war diantaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, dan mengadakan komunitas belajar serta merintis program pembangunan karakter. "Intinya yang terbaik adalah Back to basic, mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan lainnya. Sebagai mahasiswa, berpikirlah dengan baik, pergunakan media sosial dengan bijak. Jangan sampai Anda justru jadi korban proxy war," kata Jendral Gatot yang disambut tepuk tangan meriah dari ribuan mahasiswa.

WAR 4Kegiatan Kuliah Umum tersebut turut dihadiri Pangdam I/BB Mayjen TNI Istu H, Wakil Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, Sekdaprovsu HM. Nurdin Lubis, Wakil Rektor I Prof. Zulkifli Nasution, Wakil Rektor IV Prof. Natasya Sirait, Wakil Rektor V, HM. Yusuf Husni, SE. Rektor Unimed Prof. Ibnu Hajar dan para undangan lainnya.

 

Rektor USU dalam sambutannya tertulisnya yang dibacakan oleh Wakil Rektor USU Bidang Kerjasama dan Perencanaan USU Prof. Ningrum Natasya Sirait mengatakan sangat menyambut baik dengan diadakannya kuliah umum tersebut. Tema "Proxy War" akan dapat membuka mata dan pikiran mahasiswa serta hadirin akan bahaya "proxy war". diharapkan dengan adanya kuliah umum ini nantinya para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dapat menghadapi dan menghempang berbagai tantangan dan ancaman bangsa. Dalam kesempatan tersebut Kasad Gatot Nurmantyo berkesempatan "diulosi" oleh Wakil Rektor I USU Prof. Zulkifli Nasution yang didampingi oleh undangan lainnya. (humas)

PetaIkonikUSU