Tak bisa disangkal, Indonesia terimbas krisis keuangan global yang sedang terjadi saat ini. Untuk ikut mengatasi krisis ini, Indonesia harus turut serta membangun arsitektur keuangan regional dan internasional yang menguntungkan semua pihak. Setidaknya ada empat langkah yang bisa diperankan Indonesia untuk pembangunan arsitektur keuangan regional dan internasional ini. Ketua Badan pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution, menyatakan itu saat dalam kuliah umum "Krisis Keuangan Global dan Indonesia" bagi mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara (USU) jalur penelusuran minat dan prestasi (PMP) Tahun Akademik (TA) 2009/2010 di Auditorium USU, Kampus Padang Bulan, Kamis (11/6). Selain mahasiswa, kuliah umum ini juga dihadiri sivitas akademika universitas itu.

 

Hadir dalam kuliah umum itu di antaranya Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) USU, HM Imral Nasution, dan Pembantu Rektor (Purek) I, Prof Sumono. Bertindak selaku moderator Dekan Fakultas Ekonomi (FE) USU, Jhon Tafbu Ritonga. Anwar Nasution yang juga guru besar emeritus FE Universitas Indonesia (UI) ini dalam makalahnya memaparkan, langkah pertama ialah menjalankan diplomasi lebih aktif dalam berbagai forum keuangan internasional untuk mengejar sasaran nasional dan mengubah arsitektur keuangan regional di Asia Timur dan internasional.

 

Selama ini, Indonesia telah diundang menjadi anggota kelompok G-20 dan organisasi BPK Sedunia yaitu INTOSAI. Melalui kedua forum ini, bangsa ini bisa mengejar salah satu tujuan nasionalnya. Tujuan itu ialah ikut masuk daftar pengguna fasilitas swap mata uang (currency swap) dan Federal Reserve AS untuk dapat mengatasi kesulitan likuiditas valuta asing dan menstabilkan nilai tukar rupiah. Fasilitas pembelanjaan seperti ini akan meningkatkan cadangan luar negeri. Sehingga, bisa memperbesar kemampuan Indonesia untuk memfasilitas perdagangan dan investasi antar negara.

 

Hal kedua, mendorong negara kaya anggota ASEAN+3 untuk menyempurnakan fasilitas currency swap yang tersedia di kawasan ini. Selain penambahan jumlah, cara penggunaannya dalam rangka Chiangmai Inisiatives perlu diubah lebih fleksibel.
"Pada saat ini, fasilitas itu hanya dapat dipergunakan berdasarkan perjanjian bilateral antar dua negara," tegasnya.

Koordinasi kebijakan

Langkah berikutnya mengajak negara-negara Asia untuk mengordinasikan kebijakan penanggulangan krisis guna mensinergikan upaya individu tiap negara. Ini dapat dilakukan melalui forum ASEAN, ASEAN+3 maupun APEC. "Koordinasi kebijakan itu kebijakan moneter, penetapan kurs devisa, kebijakan fiskal maupun kebijakan ekonominya. Kebijakan penetapan kurs devisa yang saling bersaing akan sangat merugikan kepentingan bersama," sebutnya. Berikutnya, meyakinkan negara-negara Asia bahwa kinilah waktunya untuk menggunakan cadangan luar negeri mereka yang besar untuk membangun infrastruktur ekonomi di Asia bagi kepentingan regional bersama.

 

Untuk membangun arsitektur keuangan internasional yang menguntungkan semua pihak, Indonesia dapat berinisiatif dengan mengimbau negara-negara pemilik cadangan luar negeri yang besar di Asia Timur agar menambah kuota atau modal Bank Pembangunan Asia (ADB) maupun lembaga-lembaga keuangan multilateral seperti IMF dan Bank Dunia. "Adanya tambahan modal tersebut akan meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga keuangan regional dan internasional untuk memberikan kredit bagi negara-negara yang memerlukan. Bantuan dan pinjaman luar negeri, baik dari sumber bilateral maupun multilateral, diperlukan negara-negara miskin untuk menggerakkan kembali perekonomian nasional," urainya.

Puji USU

Usai kuliah umum, dalam keterangannya kepada wartawan, Ketua BPK Anwar Nasution menyampaikan pujiannya atas keberhasilan USU merekrut siswa-siswa berprestasi dari daerah, termasuk dari terpencil. Dia mencontohkan dua mahasiswa jalur PMP asal Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang mengajukan pertanyaan dalam kuliah umum itu. Menurutnya, pertanyaan kedua mahasiswa baru ini cukup berbobot. "Aceh Barat itu merupakan daerah terpencil. Tapi, kenapa anak-anak didiknya punya pertanyaan bagus tentang ekonomi seperti itu? Saya salut atas upaya USU dalam menjaring anak-anak berbakat dari daerah terpecil," ungkapnya.

 

Secara keseluruhan, atas pertanyaan-pertanyaan berbobot yang diajukan mahasiswa baru jalur PMP ini, Anwar menilai bahwa mereka merupakan anak-anak pintar yang membanggakan bangsa ini.(Sumber: Analisa, 12 Juni 2009)

PetaIkonikUSU