Untuk melakukan bisnis dengan Sumatera, investor Amerika Serikat (AS) akan lebih tepat memulainya dari Sumatera Utara (Sumut). Sebab, selain pebisnisnya sangat majemuk, juga secara kultur sudah lama menjadi bagian dari ekonomi global. Demikian disampaikan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE-USU), Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec dalam pertemuannya dengan Konsul Jenderal Amerika Serikat (Konjen AS) di Medan, Stanley Harsha, di Kampus USU Padang Bulan, Kamis (28/1). Pertemuan keduanya membahas mengenai berbagai bisnis prospektif bagi investor AS di Sumut. Dekan FE-USU ini menjelaskan, kemajemukan itu antara lain ialah bahwa di provinsi ini terdapat pengusaha asal Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Barat (Sumbar). Pedagang asli juga cukup banyak, seperti masyarakat Tapanuli Selatan (Tapsel) atau Mandailing.

 

Jangan pasif

AS jangan sampai pasif membiarkan ekspansi pasar oleh China kalau tidak mau kehilangan pengaruhnya di Sumatera. Menurutnya, negeri Paman Sam ini harus lebih banyak menanamkan modalnya ke Sumut. Menurut Jhon Tafbu yang juga Regional Chief Economist BNI 46 Sumut dan NAD ini, bisnis yang prospektif tersebut adalah bahan bakar nabati (biofuel) dari crude palm oil (CPO) di Labuhanbatu dan Asahan. Di kedua daerah ini, bahan baku melimpah. Masyarakatnya juga dinilai sudah terbuka pada penanaman modal asing (PMA).

 

Berkaitan dengan teknologi baru AS untuk memanfaatkan panas bumi (geothermal) seperti diutarakan Konjen Stanley Harsha, diakui bahwa prospek investasi untuk itu terdapat di Tapsel. Di daerah ini, meski sudah lama dirintis, pemanfaatannya sampai sekarang belum terwujud. Bidang lain yang juga prospektif adalah media massa berbahasa Inggris untuk konsumsi Sumatera, Malaysia dan Singapura. Industri farmasi juga merupakan contoh bidang investasi yang prospektif bagi pengusaha dari negeri adidaya tersebut.

 

Hasilkan ide bisnis

Dekan FE-USU ini merasa senang diajak berdiskusi oleh Konjen AS terkait prospek investasi dan ekonomi di daerah ini. Dalam kesempatan sama, Stanley Harsha juga menyatakan kegembiraannya karena diskusi ini juga mampu memberikan beberapa ide bisnis yang prospektif.

 

Dalam kesempatan itu, berkaitan dengan prospek di NAD seperti diajukan Konjen AS di Medan, Jhon Tafbu menyatakan bahwa provinsi ini juga sangat prospektif. Sebab, sesungguhnya ekonomi Sumut dan NAD itu sangat menyatu dan terintegrasi.

 

Banyak pelaku bisnis NAD bertempat tinggal di Sumut. Kondisi ini menjadi sangat memudahkan bagi investor AS untuk masuk ke NAD, dengan lebih dulu masuk ke Sumut. Kedua daerah sama-sama memiliki produk bahan baku, seperti CPO, karet, kopi, dan lain-lain. “Oleh karena itu, intinya investor AS harus masuk ke Sumut karena prospek daerah ini sangat bagus,” katanya. Setelah mendengar ide-ide dan paparan Dekan FE-USU tersebut, Konjen AS di Medan, Stanley Harsha, sendiri berjanji akan mendorong investor AS untuk datang ke Sumut. (hr Analisa)

PetaIkonikUSU